Teks Prosedur: Pengertian, Tujuan, Ciri, Jenis, Struktur & Contohnya

Teks Prosedur

Teks Prosedur

Prosedur adalah serangkaian langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Dalam artikel Bahasa Indonesia tingkat 11 ini, kita akan mengulas dengan lengkap apa yang dimaksud dengan teks prosedur, karakteristiknya, berbagai jenisnya, pedoman tata bahasanya, cara membuatnya, serta contohnya.

Halo, teman-teman! Pernahkah kalian membaca instruksi di kemasan mie instan atau produk makanan lainnya? Di bagian belakangnya, biasanya terdapat petunjuk tentang cara memasak mie tersebut dengan benar, sehingga matang dan rasanya lezat.

Ini adalah contoh dari prosedur. Prosedur adalah serangkaian langkah yang harus diikuti untuk menyelesaikan suatu tugas. Langkah-langkah yang tertera di kemasan mie adalah salah satu contoh teks prosedur. Teks prosedur digunakan untuk memberikan panduan, terutama kepada mereka yang mungkin belum tahu cara menyelesaikan suatu pekerjaan.

Mari kita pelajari lebih lanjut mengenai pengertian teks prosedur, strukturnya, jenis-jenisnya, karakteristiknya, pedoman tata bahasanya, dan juga contohnya dalam artikel berikut ini!

Pengertian Teks Prosedur Menurut Para Ahli

Apa itu teks prosedur? Knapp dan Watkins menggambarkan teks prosedur sebagai jenis teks yang digunakan untuk memberitahu orang bagaimana melakukan sesuatu dengan menggunakan bahasa yang ajakan atau persuasif.

Keraf, di sisi lain, menjelaskan bahwa teks prosedur adalah urutan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu.

Sedangkan menurut Kosasih, teks prosedur adalah teks yang menjelaskan langkah-langkah secara lengkap, jelas, dan terperinci tentang cara melakukan sesuatu.

Dari tiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa teks prosedur adalah teks yang berisi langkah-langkah yang perlu diikuti dalam suatu aktivitas atau tugas. Teks prosedur ini berguna sebagai panduan bagi seseorang dalam membuat atau menjalankan suatu hal.

Oh iya, ingatkan materi tentang teks prosedur yang pernah kita pelajari di kelas 7 dulu? Kita akan mengingatnya kembali dalam pembahasan mengenai teks prosedur ini!

Apa Tujuan Teks Prosedur?

Selanjutnya, mengapa kita memerlukan teks prosedur? Seperti yang telah diuraikan dalam definisi, tujuan dari teks prosedur adalah memberikan panduan kepada pembacanya tentang langkah-langkah yang harus diikuti secara teratur saat menjalankan aktivitas atau menyelesaikan tugas tertentu. Selain itu, teks prosedur juga bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami cara yang benar untuk melakukan sesuatu dan memberikan instruksi yang jelas guna mencapai hasil terbaik.

Susunan Teks Prosedur

Dalam pengaturannya, struktur teks prosedur terdiri dari empat bagian, yaitu tujuan, persiapan, langkah-langkah pelaksanaan, dan penutup (ringkasan). Penjelasan rinci mengenainya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

Pada awal pembuatan teks prosedur, penulis umumnya menjelaskan mengenai maksud dari penyusunan teks prosedur tersebut. Ini juga dapat memberikan gambaran tentang hasil akhir yang akan dicapai.

2. Persiapan

Bagian ini mencakup semua barang dan bahan yang perlu disiapkan serta diperlukan dalam pelaksanaan atau penyusunan kegiatan tersebut. Bagian ini berisi informasi mengenai peralatan atau materi yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas.

3. Langkah-langkah

Bagian ini menjelaskan mengenai proses atau tahap-tahap yang harus dilakukan untuk mencapai hasil terbaik sesuai dengan tujuan teks prosedur. Langkah-langkah tersebut harus disusun secara berurutan. Selain itu, pengaturannya harus logis, sistematis, dan mudah dimengerti oleh pembaca.

4. Penutup/Ringkasan

Bagian terakhir ini merangkum hasil dari prosedur yang telah dijalankan. Bagian ini bersifat opsional, yang berarti dapat ada atau tidak ada dalam teks prosedur.

Karakteristik Teks Prosedur

Seperti teks lainnya, teks prosedur memiliki beberapa ciri khas, di antaranya:

1. Menggunakan kalimat perintah.

2. Berisi petunjuk yang harus diikuti.

3. Menggunakan kata kerja aktif.

4. Memanfaatkan kata hubung (konjungsi).

5. Memuat pedoman terkait bahan atau kegiatan.

6. Menggunakan kata keterangan untuk merinci waktu, lokasi, dan cara.

7. Berisi urutan langkah kegiatan.

Variasi Jenis Teks Prosedur

Ternyata, teks prosedur memiliki variasi jenisnya, loh! Penasaran? Berikut beragam jenis teks prosedur:

1. Teks Prosedur Sederhana

Teks prosedur sederhana hanya memuat dua atau tiga langkah saja. Contohnya, prosedur penggunaan setrika.

2. Teks Prosedur Kompleks

Teks prosedur kompleks memiliki banyak langkah dan tingkatan pada setiap tahapnya. Sebagai contoh, teks prosedur pembayaran tilang oleh polisi.

3. Teks Prosedur Protokol

Teks prosedur protokol mengizinkan variasi langkah yang bisa disesuaikan, tetapi tujuannya tetap tercapai. Misalnya, cara memasak mie instan.

Apabila kamu berencana untuk menyusun teks prosedur, pastikan untuk mengikuti struktur yang telah dijelaskan di atas. Struktur teks prosedur yang lengkap akan membantu memberikan petunjuk yang jelas dan memudahkan pembaca dalam memahaminya.

Aturan Kebahasaan Teks Prosedur

Untuk menyusun teks prosedur dengan baik, perlu mematuhi aturan kebahasaan yang sesuai dengan fungsinya. Di bawah ini adalah aturan kebahasaan yang umum digunakan dalam penulisan jenis teks prosedur:

1. Jenis Kalimat

Dalam teks prosedur, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dibagi menjadi tiga jenis:

a. Kalimat Imperatif

Kalimat yang berisi perintah atau instruksi. Kalimat imperatif biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) untuk menunjukkan perintah.

b. Kalimat Deklaratif

Kalimat ini lebih berfungsi memberikan informasi daripada memberikan perintah. Kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik (.).

c. Kalimat Interogatif

Digunakan untuk mengajukan pertanyaan. Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya (?).

2. Penggunaan Konjungsi

Konjungsi atau kata hubung juga memiliki peran dalam teks prosedur. Ada dua jenis konjungsi yang umum digunakan:

a. Konjungsi Persyaratan

Konjungsi ini digunakan untuk menyatakan syarat. Contohnya seperti “jika,” “bila,” “andai,” “kalau,” “asalkan.”

b. Konjungsi Temporal

Jenis konjungsi ini digunakan untuk mengindikasikan urutan waktu. Contohnya seperti “lalu,” “kemudian,” “selanjutnya,” “setelahnya.”

3. Penggunaan Numeralia

Numeralia, atau kata bilangan, bisa digunakan untuk merinci langkah-langkah dalam teks prosedur. Contohnya: “pertama,” “kedua,” “ketiga,” dan seterusnya.

4. Pronomina

Pronomina atau kata ganti dapat digunakan untuk menggantikan orang atau benda. Ada dua jenis pronomina:

a. Pronomina Penunjuk

Digunakan untuk menggantikan benda, seperti “ini,” “itu,” “tersebut.”

b. Pronomina Persona

Digunakan untuk menggantikan orang. Untuk tunggal, contohnya “anda,” “saya,” “kamu.” Untuk jamak, seperti “kita,” “kalian.”

5. Pemilihan Kata Kerja

Kata kerja dalam teks prosedur dapat dibagi menjadi dua jenis:

a. Kata Kerja Material

Kata kerja yang merujuk pada tindakan fisik, seperti “mengupas,” “mengiris,” “memaku,” “memotong,” dan sebagainya.

b. Kata Kerja Tingkah Laku

Kata kerja yang menggambarkan perasaan atau pemikiran, seperti “menyukai,” “berpikir,” “menyetujui.”

Cara Menyusun Teks Prosedur

Untuk membuat teks prosedur yang benar, ikuti langkah-langkah berikut:

1. Judul

Buat judul yang menarik perhatian pembaca dan mencerminkan isi teks prosedur. Pastikan judul menggambarkan prosedur yang akan dijelaskan.

2. Tujuan

Jelaskan secara singkat tujuan dari teks prosedur untuk memberi pemahaman kepada pembaca tentang hasil yang akan dicapai.

3. Alat dan Bahan (Opsional)

Jika diperlukan, informasikan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam prosedur. Ini tergantung pada jenis prosedur yang dijelaskan.

4. Langkah-langkah

Jelaskan langkah-langkah secara kronologis atau berurutan. Gunakan poin atau penomoran untuk memudahkan pembaca memahaminya.

5. Penutup atau Kesimpulan (Opsional)

Jika diperlukan, tambahkan bagian penutup untuk merangkum tujuan akhir dari prosedur yang dijelaskan.

Contoh Teks Prosedur

Langkah-Langkah Pengurusan Paspor

Paspor adalah dokumen resmi yang diberikan oleh otoritas negara untuk mengidentifikasi pemiliknya dan digunakan untuk melakukan perjalanan internasional. Bagaimana caranya mengurus paspor? Berikut adalah panduan lengkap untuk mengurus paspor dengan benar:

1. Pertama, kunjungi kantor imigrasi. Anda dapat mengunjungi kantor imigrasi yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau yang terdekat dari lokasi Anda.

2. Beli formulir permohonan paspor. Formulir permohonan ini tersedia di loket-loket yang telah disediakan oleh kantor imigrasi. Isilah formulir tersebut dengan lengkap sesuai dengan dokumen yang Anda miliki, dan pastikan untuk membawa dokumen asli.

3. Serahkan formulir permohonan ke loket pendaftaran yang telah disediakan.

4. Dapatkan tanda terima dan jadwal untuk sesi foto dan pengambilan sidik jari.

5. Setelah selesai sesi foto dan pengambilan sidik jari, Anda akan melanjutkan ke tahap wawancara dengan membawa dokumen asli.

6. Setelah tahap wawancara selesai, langkah selanjutnya adalah membayar biaya pembuatan buku paspor dan menandatangani buku paspor. Pastikan untuk menanyakan jadwal pengambilan paspor yang telah selesai dibuat.

7. Pada tanggal yang telah ditentukan sebelumnya, Anda dapat kembali ke kantor imigrasi untuk mengambil paspor yang telah selesai. Biasanya, paspor baru dapat diambil dalam waktu satu minggu.

Demikianlah langkah-langkah pengurusan paspor dengan lengkap dan benar. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda yang berencana mengurus paspor.

Berikut adalah 22 contoh teks anekdot singkat berserta struktur dan maknanya.

Berikut adalah 22 contoh teks anekdot singkat berserta struktur dan maknanya.

Berikut adalah 22 contoh teks anekdot singkat berserta struktur dan maknanya.

Bagaimana kita dapat mengenali sebuah teks sebagai teks anekdot? Mari kita eksplorasi ciri-ciri, struktur, dan contoh teks anekdot dalam artikel Bahasa Indonesia kelas 10 ini!

Pernahkah saat bekerja dalam kelompok, ada temanmu yang memiliki masalah bau badan yang kurang sedap? Tentu saja bukan karena dia belum mandi selama 5 bulan, ya, hehehe.

Setelah ditahan-tahan, ternyata bau tersebut menjadi semakin mengganggu, tetapi karena khawatir melukai perasaannya, kamu enggan untuk mengatakannya secara langsung.

Masalahnya, jika kamu terus menahannya, kamu dan anggota kelompok lainnya mungkin akan merasa semakin tidak nyaman. Sebenarnya, kamu bisa memberikan kritik kepada temanmu yang memiliki masalah bau badan itu tanpa harus menyakiti hatinya. Caranya adalah dengan memberikan kritik dengan sentuhan humor. Bentuk kritik seperti ini yang mengandung humor disebut sebagai anekdot.

Contohnya seperti ini:

“Amel, kamu sepertinya sering membantu ibumu di dapur, bukan?”

“Oh, bukan kok. Saya jarang sekali membantu ibu saya masak.”

“Oh begitu? Badanmu bau seperti bawang, mungkin karena sering membantu ibumu masak, kan?”

Teks di atas adalah contoh dari teks anekdot. Apa sebenarnya pengertian dari teks anekdot? Mari kita lihat pengertian teks anekdot dan contoh-contohnya beserta strukturnya agar kamu bisa lebih memahaminya.

Pengertian Teks Anekdot

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks anekdot adalah sebuah cerita pendek yang menarik karena mengandung unsur humor dan memberikan kesan tertentu. Selain bersifat menghibur dan menggelitik tawa, teks anekdot seringkali mengisahkan kisah sehari-hari yang melibatkan tokoh penting atau terkenal yang mencerminkan kejadian nyata.

Dengan kata lain, teks anekdot adalah sebuah cerita lucu yang berlandaskan pada peristiwa nyata.

Perbedaan Antara Teks Anekdot dan Teks Humor

Sebelumnya, dalam artikel sebelumnya, kamu telah mempelajari cara menganalisis teks anekdot dan mengidentifikasi perbedaan antara teks anekdot dan humor. Benar, tidak semua cerita lucu adalah teks anekdot. Singkatnya, perbedaan antara teks anekdot dan teks humor terletak pada fakta bahwa teks anekdot berasal dari peristiwa nyata dan memiliki tujuan untuk memberikan kritik.

Oleh karena itu, jika kamu menemukan sebuah cerita atau teks yang lucu, sebaiknya periksa dengan cermat karena belum tentu itu merupakan teks anekdot. Kamu dapat melihat beberapa perbedaan antara teks anekdot dan teks humor dalam infografik berikut ini:

Struktur Teks Anekdot

Struktur teks anekdot umumnya terdiri dari lima bagian utama, yakni abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Berikut adalah penjelasan rinci untuk setiap bagian tersebut:

1. Abstrak

Bagian ini berfungsi sebagai pendahuluan atau pembuka teks.

2. Orientasi

Orientasi merujuk pada awal cerita, saat peristiwa dimulai dan cerita mulai mengembangkan.

3. Krisis

Krisis adalah puncak cerita yang mencakup konflik atau masalah yang dihadapi oleh karakter.

4. Reaksi

Reaksi mencakup respons atau tindakan yang diambil oleh karakter setelah mengalami krisis.

5. Koda

Koda adalah bagian penutup teks yang sering berisi pesan atau kritik.

Sekarang, kamu sudah memiliki pemahaman tentang apa itu teks anekdot, perbedaannya dengan humor, dan struktur dasar dari teks anekdot. Selanjutnya, mari kita lanjutkan dengan melihat beberapa contoh teks anekdot di bawah ini.

Contoh Teks Anekdot

Berikut beberapa contoh teks anekdot singkat, contoh teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari, serta contoh teks anekdot sindiran yang bisa menjadi referensi untuk lebih memahami teks anekdot beserta strukturnya:

1. Contoh Teks Anekdot tentang Pendidikan

Judul: Sekolah Bertarif Internasional

Suatu hari, di sebuah sekolah negeri di suatu tempat, seorang guru memberitahu murid-muridnya bahwa sekolah mereka akan diubah menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). “Anak-anak, ada berita baik untuk kita semua. Tidak lama lagi, sekolah kita akan menjadi SBI. Sekarang, saya ingin tahu, apa yang akan kalian persiapkan?” tanya guru tersebut.

“Azis, apa yang akan kamu lakukan untuk menyambut ini?” tanya guru kepada Azis. Dengan cepat, Azis menjawab, “Saya akan belajar bahasa Inggris agar bisa berbicara dalam bahasa Inggris, Pak.”

“Bagus sekali, kalau kamu, Gusti?” tanya guru. Gusti menjawab, “Saya harus menyiapkan uang, Pak.” Guru heran, “Kenapa uang?” Gusti menjelaskan, “Tentu saja, Pak. Jika sekolah kita berubah menjadi SBI, biayanya pasti lebih mahal. Apakah kita akan membayar seperti sekolah biasa? Selain itu, pasti akan ada iuran tambahan untuk berbagai hal.”

Guru melanjutkan penjelasannya, “Ketika sekolah kita berstatus SBI, artinya kita setara dengan sekolah di luar negeri. Kalian akan seperti sekolah di luar negeri.”

Gusti menyindir, “Tapi Pak, menurut saya, SBI itu lebih cocok disebut Sekolah Bertarif Internasional daripada Sekolah Bertaraf Internasional.”

Makna: Teks anekdot ini menyiratkan bahwa kualitas suatu sekolah tidak hanya ditentukan oleh statusnya, tetapi lebih pada kualitas pendidikannya, lingkungannya, dan siswanya. Selain itu, sekolah dengan standar internasional seringkali memiliki biaya yang lebih tinggi, yang mungkin tidak semua orang mampu.

2. Contoh Teks Anekdot tentang Politik

Judul: Baju Termahal

Amar: “Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita yang sudah sangat kaya!”

Amir: “Itu sudah aku ketahui, Mar!”

Amar: “Mereka bahkan mampu memiliki baju termahal di Indonesia.”

Amir: “Baju termahal di Indonesia? Apa yang kamu maksud?”

Amar: “Nah, itu dia, mereka bisa membeli baju tahanan KPK.”

Amir bingung, “Kenapa baju tahanan KPK?”

Amar menjelaskan, “Tentu saja, coba pikirkan saja. Seorang politisi harus mencuri uang negara minimal satu miliar agar bisa memakai baju tersebut.”

Amir akhirnya paham, “Oh, begitu maksudmu.”

Makna: Cerita anekdot ini menggambarkan sindiran terhadap politisi-politisi yang terlibat dalam tindakan korupsi. Amar mengungkapkan bahwa para politisi sudah sangat kaya, hingga mampu membeli baju tahanan KPK sebagai hasil dari uang negara yang mereka ambil.

3. Contoh Teks Anekdot tentang Status Sosial

Judul: Penjual Kue Yang Hebat

Caca membeli beberapa kue dari seorang nenek penjual kue di pinggir jalan. Namun, perjalanan pulangnya terhenti karena hujan turun deras. Akhirnya, Caca dan nenek penjual kue itu berteduh bersama.

Caca mencoba memecah keheningan, “Nek, sudah lama Anda berjualan kue?”

Nenek menjawab, “Sudah sekitar 35 tahun, Nak.”

Caca bertanya lagi, “Tidak ada bantuan dari anak-anak, Nek? Di mana mereka?”

Nenek menjelaskan, “Anak-anak saya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang bekerja di Polda, rumah sakit, dan sekolah.”

Caca kagum, “Wow, luar biasa! Meskipun hanya berjualan kue, anak-anak Anda sukses semua, bukan?”

Nenek tersenyum, “Ya, mereka semua bekerja seperti saya, berjualan kue.”

Makna: Teks anekdot ini menyiratkan ketidakseimbangan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Cerita ini menggambarkan bahwa anak-anak nenek harus ikut berjualan kue karena kondisi ekonomi yang sulit. Hal ini mengajarkan pentingnya usaha keras dan berkontribusi dalam membantu orang-orang yang membutuhkan.

 4. Contoh Teks Anekdot tentang Menaati Peraturan Judul: Becak Dilarang Masuk

Kisahnya berawal dari seorang tukang becak asal Madura yang tertangkap basah oleh seorang polisi saat ia melanggar rambu “Becak dilarang masuk.” Tukang becak tersebut nekat masuk ke jalan yang terdapat rambu gambar becak yang disilang dengan garis hitam, yang menandakan larangan becak masuk.

“Pak, tidakkah Anda melihat gambar itu? Itu jelas gambar becak dengan tanda silang yang artinya larangan masuk!” tegur Pak Polisi. “Oh, saya memperhatikannya, Pak. Tapi apakah Anda lihat ada pengemudi di becak yang digambarkan? Becak saya ada pengemudinya, bukan kosong, jadi seharusnya boleh masuk,” balas sang tukang becak.

Makna: Makna tersirat dalam teks anekdot ini adalah pentingnya memahami dan mengikuti peraturan sebagaimana peraturan tersebut dibuat. Melanggar aturan bukan hanya menciptakan ketidakdisiplinan, tetapi juga bisa membahayakan orang lain. Tukang becak dalam cerita ini mencoba memberikan penjelasan lucu untuk menghindari denda, tetapi pesan yang disampaikan adalah pentingnya taat pada peraturan lalu lintas.

5. Contoh Teks Anekdot tentang Ekstrakurikuler Judul: Ekstrakurikuler

Suatu hari, di awal tahun pelajaran baru, seorang guru memberikan sosialisasi kepada siswa baru tentang pentingnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. “Anak-anak, selain mendapatkan ilmu di sekolah ini, kalian juga bisa mengikuti ekstrakurikuler.”

Ada banyak jenis ekstrakurikuler yang bisa dipilih, seperti Pramuka, PMR, basket, Rohis, paduan suara, drumband, dan lain-lain,” jelas guru tersebut. Mendengar penjelasan guru, murid-murid menjadi penasaran dan ada yang bertanya, “Bu, apa manfaat mengikuti ekstrakurikuler?”

Guru itu memberikan penjelasan mendalam, “Tentu saja, ada banyak manfaatnya, termasuk melatih kedisiplinan, kepemimpinan, dan lain sebagainya.” “Apakah itu juga termasuk uang saku tambahan, Bu?” tanya Anto. Guru hanya tersenyum.

Makna: Pesan yang dapat diambil dari makna tersirat teks anekdot “Ekstrakurikuler” adalah bahwa niat dalam melakukan sesuatu sangat penting. Meskipun mendapatkan uang saku tambahan adalah hal yang menyenangkan bagi seorang pelajar, kamu harus memahami bahwa uang saku tambahan adalah sumbangan dari orang tua yang seharusnya digunakan dengan bijak sesuai kebutuhan. Jadi, ketika kamu memilih untuk bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler, pastikan kamu memahami mengapa kamu melakukannya dan uang saku tambahan yang diberikan oleh orang tua harus digunakan dengan baik.

6. Contoh Teks Anekdot Mengkritik untuk Tidak Berbicara Kasar Judul: Berkat Kanker Otak

Setiap harinya, sesi belajar diawali dengan proses pencatatan kehadiran oleh guru. Guru akan memanggil setiap murid yang hadir satu per satu. Aturan tersebut juga berlaku di SMA Ruangguru. Pada suatu hari, seorang guru Bahasa Indonesia yang terkenal tegas memanggil nama-nama murid dengan suara lantang. Ini membuat murid yang dipanggil merespons dengan sama lantangnya.

“Andi Ahmad.”

“Hadir Bu!”

“Azmi Mahdi.”

“Hadir Bu!”

“Bayu Satria.”

“Hadir Bu.”

Tiba-tiba, guru itu berkomentar saat memanggil Bayu, “Akhirnya kamu hadir juga, ya. Mengapa kamu tidak datang kemarin?”

Bayu menjawab dengan senyum, “Saya harus pergi ke rumah sakit, Bu.”

Guru tersinggung, “Kenapa kamu tersenyum saat menjawab pertanyaan saya?”

Bayu menjawab, “Saya senang, Bu. Sekarang, Bu, Anda tidak bisa berkata, ‘Dasar kamu tidak punya otak,’ karena otak saya sudah rusak.”

Seluruh kelas tertawa mendengar jawaban Bayu, meskipun mereka khawatir akan marahnya guru.

Makna: Makna yang dapat dipahami dari contoh teks anekdot ini adalah pentingnya tidak menggunakan kata-kata kasar, ejekan, atau makian, terutama ketika berbicara kepada seseorang yang lebih muda. Kata-kata yang diucapkan dengan kasar tidak dapat ditarik kembali, dan bisa merusak hubungan dan perasaan orang lain. Bayu dalam cerita ini mencoba menyampaikan pesan tersebut dengan humor.

7. Contoh Teks Anekdot Mengkritik Fasilitas

Judul: Kantin

Suatu hari, seorang guru tengah mengabsen murid-muridnya sebelum memulai pelajaran.

Guru: “Intan?”

Intan: “Hadir, Pak!”

Guru: “Nanda?”

Nanda: “Hadir, Pak!”

Guru: “Gulman?”

Pak guru tidak mendapat jawaban. Tiba-tiba, Gulman memasuki kelas.

Guru: “Darimana saja kamu, Gulman?”

Gulman: “Maaf Pak, tadi saya sarapan di warung depan sekolah.”

Guru: “Kenapa kamu pergi begitu jauh? Kan kita sudah punya kantin di seberang UKS.”

Gulman: “Itu kantin, Pak? Saya kira petakan, kecil banget!”

Para murid pun tertawa mendengar jawaban Gulman.

Makna:
Teks anekdot ini bukan hanya lucu, tetapi juga mengandung kritik terhadap fasilitas sekolah, yaitu kantin yang dianggap terlalu kecil. Gulman dengan cerdas menyindir ukuran kantin dengan membandingkannya dengan petakan tanah. Pesan yang bisa diambil adalah pentingnya fasilitas yang memadai di sekolah agar memenuhi kebutuhan murid.

8. Contoh Teks Anekdot Menyindir Seseorang

Judul: Menyambung Kabel Telepon

Setelah lulus dari perguruan tinggi, Fathan menemukan salah satu pamannya yang sangat kaya dan tidak memiliki anak, meninggal dan meninggalkan banyak uang untuknya, jadi dia memutuskan untuk mendirikan agen perumahannya sendiri.

Fathan menemukan kantor yang bagus. Ia membeli beberapa perabot baru dan pindah ke sana. Ia baru berada di sana selama beberapa jam ketika dia mendengar seseorang datang ke pintu kantornya.

“Itu pasti pelanggan pertamaku,” pikir Fathan. Ia segera mengangkat telepon dan berpura-pura sangat sibuk menjawab panggilan penting dari seseorang di Jakarta Utara yang ingin membeli rumah besar dan mahal di daerah tersebut.

Pria itu mengetuk pintu, masuk dan menunggu dengan sopan sampai Fathan menyelesaikan percakapannya di telepon. Kemudian pria itu berkata kepada Fathan, “Saya dari perusahaan telepon dan saya dikirim ke sini untuk menyambungkan kabel telepon Anda.”

Makna:
Cerita ini menggambarkan cara Fathan mencoba untuk membanggakan diri dan mengesankan pelanggan pertamanya dengan berpura-pura sibuk di telepon. Namun, petugas perusahaan telepon yang tahu bahwa kantornya masih belum memiliki layanan telepon, menunjukkan bagaimana Fathan mencoba untuk menyindir Fathan. Pesan yang bisa diambil adalah untuk tidak berpura-pura atau berbohong untuk mendapatkan keuntungan.

9. Contoh Teks Anekdot Menyindir Suatu Tempat

Judul: Obrolan Presiden Saat di Pesawat

Gus Dur merasa bosan dan mencoba mencari suasana di pesawat RI-01. Kali ini Gus Dur mengundang Presiden Amerika Serikat (AS) dan Prancis pada saat itu, untuk terbang bersama Gus Dur berkeliling dunia.

Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negara yang dipimpin mereka. Tidak lama Presiden AS, Bill Clinton mengeluarkan tangannya, lalu sesaat kemudian dia berkata, “Wah kita sedang berada di atas New York!”

Gus Dur pun menanggapi dan berkata, “Lho kok bisa tahu, sih?”

“Ini patung Liberty kepegang!” jawab Bill Clinton dengan bangganya.

Tidak mau kalah, Presiden Prancis saat itu, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.

“Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!” dengan sombongnya.

“Wah … kok bisa tahu juga?” saut Gus Dur.

“Ini menara Eiffel kepegang!” jawab presiden Prancis.

Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat.

“Wah … kita sedang berada di atas Tanah Abang!” teriak Gus Dur.

“Lho kok bisa tahu, sih?” tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur

itu kan nggak bisa melihat dengan baik.

“Ini jam tangan saya hilang.” jawab Gus Dur bernada kalem.

Makna:
Pesan yang tersirat dalam teks anekdot ini adalah menyindir Tanah Abang sebagai tempat yang terkenal dengan kerumitan dan kepadatan penduduk. Gus Dur menggunakan humor untuk menyindir dan menjelaskan bahwa dia tahu bahwa pesawat sedang berada di atas Tanah Abang karena jam tangannya hilang, bukan karena pemandangan yang terlihat. Hal ini menggambarkan cara Gus Dur menghadapi situasi dengan humor dan menghindari sombongnya Clinton dan Chirac.

10. Contoh Teks Anekdot Lucu

Judul: Sekarang Pukul Berapa?

Seorang gelandangan tidur di taman. Ia dibangunkan setelah tidur selama 5 menit oleh seorang pria. “Permisi. Apakah Anda tahu pukul berapa sekarang?” Gelandangan itu menjawab, “Maaf saya tidak punya jam tangan, jadi saya tidak tahu sekarang pukul berapa.” Pria itu meminta maaf karena membangunkan gelandangan itu, lalu melangkah pergi. Gelandangan itu kembali melanjutkan tidurnya. Setelah beberapa saat, Ia dibangunkan oleh seorang wanita, yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya.

Wanita itu berkata, “Maaf mengganggu tidur Anda, tetapi sepertinya saya kehilangan jam tangan saya. Apa Anda tahu sekarang pukul berapa?” Gelandangan itu sedikit kesal karena dibangunkan lagi, tetapi dia dengan sopan memberi tahu wanita itu bahwa dia tidak punya jam tangan dan tidak tahu pukul berapa.

Setelah wanita itu pergi, gelandangan itu punya ide. Ia membuka tas miliknya dan mengeluarkan pena dan selembar kertas. Di kertas itu, Ia menulis, ‘Saya tidak punya jam tangan. Saya tidak tahu sekarang pukul berapa.’

Ia kemudian menggantungkan kertas itu di lehernya dan kembali melanjutkan tidurnya. Setelah sekitar 15 menit, seorang polisi yang sedang berjalan di taman melihat gelandangan tertidur di bangku, dan membaca tulisan yang digantung di lehernya.

Polisi itu membangunkan si gelandangan dan berkata, “Saya membaca tulisan yang digantung di leher Anda. Saya pikir Anda ingin tahu bahwa sekarang pukul 14.30.”

Makna:
Teks anekdot ini menggambarkan situasi lucu di mana seorang gelandangan mencoba menghindari pertanyaan tentang pukul berapa. Ia berakhir dengan menyematkan kertas di lehernya untuk menghindari pertanyaan tersebut. Namun, seorang polisi tetap memberi tahu dia waktu yang sebenarnya. Pesan yang bisa diambil adalah terkadang kita tidak bisa menghindari pertanyaan sederhana, bahkan jika kita mencoba untuk melakukannya dengan cara lucu atau aneh.

11. Menghitung Keledai

Suatu hari, Abu Ali pergi ke pasar dan membeli sembilan ekor keledai. Ketika dia pulang ke rumah, dia menunggangi salah satu keledai, sementara delapan keledai lainnya mengikutinya.

Setelah beberapa waktu, Abu Ali berkata pada dirinya sendiri, “Saya harus memastikan semua keledai saya ada di sini.” Dia berbalik untuk menghitung mereka.

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan. Oh! Di mana keledai yang kesembilan?” Abu Ali panik.

Dia melompat turun dari keledainya, mencari di belakang bebatuan dan pepohonan, tetapi tidak ada keledai yang tertinggal.

“Saya akan menghitung lagi,” kata Abu Ali. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. Oh, keledai yang kesembilan pasti sudah kembali.”

Abu Ali kembali menunggangi keledainya dan pergi.

Setelah beberapa saat, dia menghitung keledainya lagi. Namun, dia hanya menemukan delapan ekor keledai lagi! Sekali lagi, dia mencari di balik bebatuan dan pepohonan, tetapi tidak ada keledai yang tertinggal.

“Saya akan menghitung lagi,” katanya, dan kali ini dia menemukan sembilan ekor.

Pada saat itu, Abu Ali melihat temannya, Musa, sedang berjalan. “Musa,” panggilnya. “Bantu saya menghitung keledaiku. Saya merasa selalu kekurangan satu ekor. Ketika saya berhenti untuk menghitung berapa ekor, saya hanya melihat delapan ekor saja. Tetapi ketika saya turun dari keledai yang saya tunggangi dan mencoba menghitung, keledai yang kesembilan kembali!”

“Sebenarnya, saya melihat sepuluh ekor keledai,” kata Musa sambil tertawa. “Dan keledai yang kesepuluh namanya Abu Ali.”

Makna:

Dari contoh teks anekdot di atas, kita dapat mengetahui bahwa Abu Ali tidak pandai dalam berhitung. Musa menganggap Abu Ali sebagai “keledai” karena ia tidak bisa menghitung sesuatu yang sederhana. Hal yang dapat dipelajari dari teks anekdot ini adalah untuk tidak naif dan polos agar tidak merugikan diri sendiri.

12. Modal Huruf

Pada suatu hari, seorang guru di sebuah sekolah dasar sedang bertanya kepada murid-muridnya tentang hasil belajar menghafalkan huruf.

Pak guru bertanya kepada Farid berapa huruf yang sudah Farid hafal. Farid menjawab bahwa ia hanya akan menghafal huruf C, D, E, F, G, A, B, C.

Setelah mendengar jawaban tersebut, pak guru bingung dan bertanya lagi kepada Farid mengapa dia hanya ingin menghafal tujuh huruf saja.

Lalu, Farid menjawab dengan yakin bahwa dengan menghafal tujuh huruf tersebut saja, dia bisa menjadi pemusik hebat dan menghasilkan banyak uang. Mendengar jawaban tersebut, pak guru hanya mengangguk-angguk dan berkata, “Benar juga.”

Makna:

Hal yang bisa dipelajari dari makna tersirat teks anekdot di atas adalah pentingnya memahami konteks suatu masalah. Selain itu, jika seseorang membuat kesalahan, termasuk dalam pembelajaran, kita seharusnya mengoreksinya, bukan malah membenarkannya.

13. Tukang Roti

Pada pagi yang cerah, Azka belum sarapan karena berencana membeli bubur di depan komplek. Namun, tiba-tiba terdengar bel tukang roti. Tanpa berpikir panjang, Azka langsung pergi ke teras rumah untuk memanggil tukang roti.

Azka: “Pak, apa yang Anda jual?”

Tukang roti: “Saya punya banyak macam roti, silakan lihat dan pilih sendiri.”

Azka: “Yang ini apa, Pak?”

Tukang roti: “Yang itu roti nanas, Mas.”

Azka: “Kalau yang ini?”

Tukang roti: “Srikaya.”

Azka: “Pak, bagaimana dengan yang ini?”

Tukang roti: “Blueberry, Mas.”

Azka: “Oh, begitu. Tapi di mana rotinya? Saya ingin membeli roti, bukan buah. Selama ini yang Anda sebutkan semuanya buah-buahan. Saya tidak akan membeli.”

Tukang roti: “Azka menjadi bingung dan akhirnya pingsan.”

Makna:

Makna tersirat yang bisa diambil dari contoh teks anekdot ini adalah pentingnya memberikan jawaban yang jelas dan tidak ambigu. Karena jawaban yang ambigu dapat menyebabkan salah paham, seperti yang terjadi dalam cerita ini.

14. Contoh Teks Anekdot Dialog (2)

Saat istirahat, dua siswi SMA sedang asyik berbincang-bincang di kantin. Mereka pun berdialog.

Ani: Mar, aku selalu malas jika ada acara keluarga.

Maria: Eh, bukannya senang bisa bertemu dengan banyak saudara? Selain itu, banyak makanan enak.

Ani: Ah, soal makanan terus. Aku itu malas banget ketemu mereka.

Maria: Kenapa sih?

Ani: Karena biasanya, ibuku akan membanding-bandingkan aku dengan saudara-saudara. Terus, bibi atau omku akan memberikan komentar-komentar aneh. Apa aku jadi objek perbandingan dan komentar mereka?

Maria: Mungkin itu artinya mereka peduli dan sayang sama kamu, Ani.

Ani: Sayang? Kalau sayang itu harus didukung, bukan malah dijatuhkan.

Maria: Ya, bener juga sih. Sudahlah, jangan main ke rumahku lagi ya, nanti.

Ani: Kok gitu?

Maria: Karena ibuku suka banget membanding-bandingkan aku sama kamu. Bikin kesel aja!

Makna:

Pesan dari dialog singkat ini adalah bahwa kita sebaiknya tidak membanding-bandingkan orang satu dengan yang lain, baik itu saudara, orang tua, atau teman. Hal itu bisa membuat orang yang dibandingkan merasa tidak nyaman.

15. Contoh Teks Anekdot Kisah Kerajaan

Kerajaan dan Seteguk Air

Suatu hari, Raja Harun Al Rasyid mencari sahabatnya yang bernama Bahlul. Ia ingin meminta nasihat penting sebagai seorang raja. Setelah bertemu dengan Bahlul, Raja berkata, “Hai Bahlul, berilah aku nasihat yang sangat penting bagi seorang raja!”

Bahlul menjawab, “Katakan padaku, wahai Raja, jika Tuan Raja berada di padang pasir dan hampir mati kehausan, berapa yang Tuan Raja bayar untuk seteguk air?”

“Kalau pemilik air itu tidak meminta uang, apakah Tuan Raja bersedia memberikan setengah dari kerajaannya?” tanya Bahlul lagi.

“Ya, tentu,” jawab sang Raja.

“Dan jika setelah minum air itu, Tuan Raja jatuh sakit parah, apakah Tuan Raja bersedia memberikan apa saja untuk sembuh?” tanya Bahlul.

“Ya, bahkan setengah kerajaan ini,” kata sang Raja.

“Jadi, Tuan Raja, jangan terlalu sombong dengan kerajaan Tuan, karena harganya sama dengan seteguk air.”

Makna:

Pesan yang bisa diambil dari cerita ini adalah agar tidak terlalu sombong dengan kekuasaan atau harta benda, karena pada akhirnya, hal-hal yang sangat berharga bagi kita bisa jadi hanya sebanding dengan sesuatu yang sangat sederhana.

16. Contoh Teks Anekdot Kritik Sosial

Mencuri Sandal

Suatu pagi, Arya sedang menikmati soto favoritnya di sebuah warung makan. Setelah selesai makan, ia beranjak pulang.

Namun, dalam perjalanan pulang, Arya tak sengaja tersenggol oleh sepeda motor yang melaju kencang. Kecelakaan itu membuat sandalnya rusak.

Dengan enggan, Arya melanjutkan perjalanan tanpa sandal. Karena rumahnya cukup jauh, ia memutuskan mampir ke toko terdekat untuk membeli sandal baru. Sayangnya, uang yang dimilikinya tidak cukup.

Kesal, Arya pun memutuskan untuk mencuri sepasang sandal di sebuah masjid yang hanya berjarak beberapa meter dari toko tersebut. Ia merencanakan untuk mengambil sandal terbaik yang ada di masjid.

Arya duduk di teras masjid sambil memperhatikan setiap orang yang masuk. Ketika targetnya tengah beribadah, ia segera mencuri sandal tersebut.

Namun, pemilik sandal segera menyadari kehilangan sandalnya dan langsung berteriak, mengejar Arya. Meskipun pemilik sandal berbadan gempal sehingga tidak bisa berlari cepat, ia berhasil menangkap Arya dan membawanya ke kantor polisi.

Setelah penyelidikan, Arya akhirnya dihukum karena pencurian dan dijatuhi hukuman penjara selama 5 tahun.

Saat di persidangan, Arya merasa hukumannya terlalu berat dan bertanya kepada hakim, “Mengapa hukuman saya jauh lebih berat daripada para koruptor?”

Hakim menjelaskan bahwa meskipun Arya mencuri sandal senilai Rp30.000,00, tindakannya merugikan individu secara langsung. Sementara para koruptor mencuri miliaran rupiah, merugikan rakyat banyak, tetapi hukumannya lebih ringan. Hal ini mengingatkan kita bahwa hukum seringkali tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.

Makna:

Pesan yang dapat diambil dari kisah ini adalah ketidakadilan dalam sistem hukum, di mana pelanggaran sekecil apa pun oleh individu biasa dapat mendapatkan hukuman lebih berat daripada tindakan korupsi yang merugikan banyak orang.

20. Contoh Teks Anekdot Sindiran

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

Tono: “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”

Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”

Tono: “Ya, Udin tahu sebabnya.”

Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”

Tono: “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”

Udin: “Loh, apa hubungannya.”

Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”

Udin: “???”

Makna:

Teks anekdot di atas memiliki makna tersirat tentang sindiran terhadap para pejabat yang selalu mementingkan posisinya, baik itu di pemerintahan maupun instansi lainnya. Meskipun, dalam teks terlihat bahwa pejabat yang dimaksud adalah pejabat di bidang politik.

21. Contoh Teks Anekdot Sindiran (2)

Mau Gaji Besar?

Suatu hari, Pak Anwar menerima telefon yang mengaku dari salah satu acara televisi.

Presenter: “Halo, dengan siapa di sini?”

Pak Anwar: “Dengan Bapak Anwar.”

Presenter: “Oh, Bapak Anwar. Apakah bapak ingin mendapatkan uang tunai sebesar 3 juta rupiah?”

Pak Anwar: “Wah, mau banget! Gimana caranya?”

Presenter: “Kerja, Pak!”

Pak Anwar: “…”

Makna:

Percakapan singkat di atas merupakan dialog anekdot yang berisi sindiran halus bahwa sangat mudah tergiur untuk mendapat uang, tapi harus ingat bahwa cara terbaik untuk mendapatkan uang adalah dengan bekerja.

22. Contoh Teks Anekdot Kuliner

Nangka Impor

Seorang teman diplomat yang baru ditempatkan di Belanda bercerita, Saya pernah makan siang di sebuah restoran Indonesia sederhana di Amsterdam. Saya kaget, ternyata salah satu menunya ada masakan gudeg Yogya.

Saya penasaran. Maka langsung saya pesan satu porsi. Setelah saya cicipi, percaya atau tidak, ternyata rasanya lebih enak daripada gudeg di Yogya yang asli! Karena penasaran, maka saya bertanya:

“Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak dibandingkan dengan di tempat aslinya?”

“Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya kan pakai nangka lokal. Nah kalau kami di sini memakai nangka impor,” jawabnya.

“Emang nangkanya impor dari mana?”

“Dari Yogya, Mas…”

Makna:

Terdapat dua makna tersirat yang bisa kamu ambil dari contoh teks anekdot ini. Pertama, terkadang persepsi bisa dipengaruhi oleh lokasi tertentu. Bisa jadi, gudeg yang dibeli di Amsterdam terkesan lebih enak karena harganya lebih mahal. Kedua, fakta bahwa ternyata nangkanya diimpor dari Yogya menandakan bahwa sebenarnya kualitas nangka tersebut sama bagusnya, hanya saja, bisa jadi racikan yang memasak gudeg di Belanda lebih enak dari yang di Yogya.

Gimana, sudah jelas kan? Setelah melihat contoh teks anekdot beserta struktur dan kebahasaannya di atas, semoga kamu bisa mencoba sendiri membuat teks anekdot, ya. Jangan malas untuk berlatih! Masih ingin melihat penjelasan lengkapnya?

20. Contoh Teks Anekdot Sindiran

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Di sebuah kantin universitas, Udin dan Tono, dua mahasiswa, sedang berbincang-bincang.

Tono: “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”

Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih, Ton.”

Tono: “Ya, Udin tahu sebabnya.”

Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”

Tono: “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”

Udin: “Loh, apa hubungannya?”

Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”

Udin: “???”

Makna:

Teks anekdot di atas mengandung makna tersirat tentang sindiran terhadap perilaku para pejabat yang cenderung mementingkan posisi mereka, baik dalam pemerintahan maupun di instansi lain. Terlepas dari itu, dalam teks terlihat bahwa pejabat yang dimaksud adalah pejabat di bidang politik.

21. Contoh Teks Anekdot Sindiran (2)

Mau Gaji Besar?

Suatu hari, Pak Anwar menerima telepon dari salah satu acara televisi.

Presenter: “Halo, dengan siapa di sini?”

Pak Anwar: “Dengan Bapak Anwar.”

Presenter: “Oh, Bapak Anwar. Apakah bapak ingin mendapatkan uang tunai sebesar 3 juta rupiah?”

Pak Anwar: “Wah, mau banget! Gimana caranya?”

Presenter: “Kerja, Pak!”

Pak Anwar: “…”

Makna:

Percakapan singkat di atas merupakan dialog anekdot yang berisi sindiran halus tentang kesukaan banyak orang terhadap uang besar, sementara sebenarnya cara terbaik untuk mendapatkannya adalah dengan bekerja.

22. Contoh Teks Anekdot Kuliner

Nangka Impor

Seorang teman diplomat yang baru tiba di Belanda bercerita, “Saya pernah makan siang di sebuah restoran Indonesia sederhana di Amsterdam. Saya kaget, ternyata salah satu menu mereka adalah gudeg Yogya.”

Saya penasaran. Maka saya langsung memesan satu porsi. Setelah saya mencicipi, percaya atau tidak, ternyata rasanya lebih enak daripada gudeg asli di Yogya! Karena penasaran, saya bertanya:

“Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak dibandingkan dengan di tempat aslinya?”

“Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya mereka menggunakan nangka lokal. Nah, kalau kami di sini memakai nangka impor,” jawabnya.

“Emang nangkanya diimpor dari mana?”

“Dari Yogya, Mas…”

Makna:

Dalam contoh teks anekdot ini, ada dua makna tersirat yang dapat diambil. Pertama, persepsi seseorang terhadap suatu makanan dapat dipengaruhi oleh faktor lokasi. Gudeg yang dibeli di Amsterdam mungkin terasa lebih enak karena harganya lebih mahal. Kedua, penjelasan bahwa nangkanya diimpor dari Yogya mengindikasikan bahwa sebenarnya kualitas nangka tersebut sama bagusnya, namun racikan masakan di Belanda mungkin lebih unggul daripada yang ada di Yogya.

Beasiswa BRI 2023 untuk Mahasiswa Kembali Dibuka, Ini Persyaratannya!

Beasiswa BRI 2023 untuk Mahasiswa Kembali Dibuka, Ini Persyaratannya!

Beasiswa BRI 2023 untuk Mahasiswa Kembali Dibuka, Ini Persyaratannya!
Beasiswa ini mencakup uang saku dan laptop.

BRI kembali membuka Program Beasiswa BRILiaN (BSP) untuk mahasiswa.
BRI kembali membuka Program Beasiswa BRILiaN (BSP) untuk mahasiswa yang berkeinginan mendapatkan beasiswa penuh. Dalam program ini, mahasiswa tidak hanya mendapatkan bantuan dalam biaya pendidikan, tetapi juga mendapatkan manfaat berupa uang saku bulanan, laptop Macbook Air, dukungan biaya skripsi, serta kesempatan untuk mengikuti program-program menarik dari BRI seperti Kunjungan ke Perusahaan dan Pelatihan BRILiaN Bootcamp.

Selain itu, para penerima beasiswa akan memiliki kesempatan untuk melakukan magang langsung di kantor BRI. Yang lebih menarik, mereka akan secara otomatis terlibat dalam program karier melalui BRILiaN Future Leader Program (BFLP) di BRI.

BSP merupakan program yang tidak hanya memberikan beasiswa penuh, tetapi juga merupakan program rekrutmen awal calon pekerja BRI. Terkait hal ini, Direktur Human Capital BRI, Agus Winardono, menyatakan bahwa perusahaan dengan tulus menerima mahasiswa yang ingin memperluas pengetahuan dan pengalaman mereka.

“Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja dari salah satu BUMN terbesar, yaitu BRI. Program ini memberikan banyak manfaat, termasuk memperkuat hubungan dan jaringan,” kata Agus melalui pernyataan tertulis pada Ahad (17/9/2023).

Adapun kriteria persyaratan yang diperlukan antara lain mahasiswa aktif yang sedang menempuh pendidikan S-1 di semester 5-7, memiliki IPK minimal 3,25 dari skala 4,00, dan mampu mempertahankan IPK tersebut hingga akhir perkuliahan.

Selain itu, peserta juga harus bersedia menandatangani surat perjanjian dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai peserta BRILiaN Future Leader Program (BFLP) setelah lulus kuliah dan mengumpulkan Ide Inovasi dengan tema ‘Financial Services for Generation Z’ pada tahapan berikutnya.

Untuk mahasiswa yang sedang menempuh studi di bidang Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Aktuaria, Hukum, Psikologi, Teknologi Pertanian, Pertanian, Perikanan, Agribisnis, Peternakan, Kehutanan, Fisipol (khusus jurusan Hubungan Internasional, Ilmu Komunikasi, Administrasi Fiskal, Administrasi Niaga, dan Administrasi Negara), Fakultas MIPA (Khusus untuk jurusan Matematika, Statistika, dan Fisika) dapat mendaftar pada BSP General.

Sementara itu, mahasiswa yang mengambil bidang studi seperti Teknik Informatika, Teknik Elektro, Sistem Informasi, Ilmu Komputer, Teknik Jaringan, Teknik Komputer, Matematika, dan Statistika dapat mendaftar pada BSP IT. Proses seleksi BSP meliputi seleksi administrasi, tes kemampuan dasar dan uji kesesuaian budaya, psikotes, dan tes bahasa Inggris, kemudian melanjutkan ke tahap wawancara, uji kolaborasi, dan pemeriksaan latar belakang, hingga tahap pemeriksaan kesehatan yang terakhir.

BSP akan membimbing dan mempersiapkan pesertanya untuk menjadi pemimpin BRI di masa depan. Pendaftaran BRILiaN Scholarship Program akan ditutup pada tanggal 14 Oktober 2023. BRILiaN Scholarship Program tidak memungut biaya sejak awal hingga akhir program. Informasi lebih lanjut dapat diakses di LinkedIn Page Resmi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk di https://bbri.id/scholarship2023 dan akun Instagram @lifeatBRI.

Definisi, Karakteristik, Struktur, dan Contoh Teks Eksplanasi

Definisi, Karakteristik, Struktur, dan Contoh Teks Eksplanasi

Definisi, Karakteristik, Struktur, dan Contoh Teks Eksplanasi

Selamat siang, rekan-rekan yang terhormat. Saya berbicara dari Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau. Seperti yang terlihat di latar belakang, perkebunan warga kami menghadapi dampak dari kebakaran hutan. Anda dapat melihat asap yang menjulang di langit dan mengganggu aktivitas sehari-hari penduduk kami.

Pernahkah Anda menyaksikan atau membaca berita mengenai bencana alam? Biasanya, dalam berita tersebut akan ada penjelasan mengenai proses terjadinya peristiwa tersebut. Nah, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat sebuah jenis teks yang diciptakan khusus untuk menjelaskan penyebab dan akibat dari suatu peristiwa. Teks ini disebut dengan teks eksplanasi.

Ciri-ciri dan Pola Pengembangan Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi memiliki empat ciri-ciri khusus yang perlu kita kenali, yaitu Faktual, Keilmuan, Informatif, dan Pembahasan yang Bersifat Umum. Mari kita bahas secara lengkap:

1. Faktual

Artinya, teks eksplanasi harus mengandung informasi yang benar dan sesuai dengan kenyataan.

2. Bersifat Keilmuan

Teks eksplanasi membahas fenomena yang terkait dengan ilmu pengetahuan, seperti menghubungkan gempa bumi dengan Geografi atau menganalisis aksi demonstrasi dari perspektif Sosiologi.

3. Informatif

Teks eksplanasi bertujuan untuk memberikan informasi tanpa mencoba memengaruhi pembaca. Ingatlah bahwa teks eksplanasi hanya menjelaskan proses atau penyebab dan akibat suatu kejadian, tanpa berniat untuk mempengaruhi pikiran siapa pun.

4. Membahas hal-hal yang bersifat umum

Teks eksplanasi menjelaskan peristiwa yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Pola Pengembangan Teks Eksplanasi

Ada dua pola pengembangan yang digunakan dalam pembuatan teks eksplanasi, yaitu pola pengembangan proses dan pola pengembangan sebab akibat. Berikut adalah penjelasan dan contoh dari kedua pola pengembangan ini:

Contoh Teks Eksplanasi dengan Pola Pengembangan Proses:

Teks eksplanasi dengan pola pengembangan proses disusun berdasarkan kronologi atau urutan waktu saat peristiwa terjadi. Misalnya:

“Pada Juli 1826, Belanda mengulangi serangannya ke Daksa lagi. Oleh Pangeran Diponegoro, Daksa telah dikosongkan terlebih dahulu. Sewaktu tentara Belanda kembali dari Daksa untuk menuju ke Yogyakarta, dengan tiba-tiba, dihadang dan dibinasakan oleh pasukan Pangeran Diponegoro dari tempat persembunyiannya. Setelah mendapat kemenangan itu, pasukan Pangeran Diponegoro dengan secepat kilat menghilang dari Daksa. Beberapa bulan setelahnya, atas anjuran Kyai Mojo, Pangeran Diponegoro mengadakan penyerangan besar ke Surakarta. Di bulan Oktober 1926, pasukan Diponegoro menyerang Belanda di Gawok dan memperoleh kemenangan yang gemilang.”

Kata-kata yang dicetak tebal menunjukkan urutan peristiwa tersebut.

Contoh Teks Eksplanasi dengan Pola Pengembangan Sebab Akibat:

Teks eksplanasi dengan pola pengembangan sebab akibat memfokuskan sebab sebagai gagasan utama, dan akibat sebagai rincian pengembangan, atau sebaliknya. Contohnya:

“Hujan merupakan fenomena alam yang biasa terjadi. Hujan umumnya diawali oleh proses penguapan air laut karena panas matahari. Panas matahari menyebabkan air menguap ke udara, baik itu air laut, air sungai, air danau, juga air dari kandungan makhluk hidup lainnya. Proses yang selanjutnya terjadi yaitu kondensasi atau pemadatan uap air dan menjadi sebuah embun.”

Dari paragraf di atas, kita dapat memahami bahwa panas matahari adalah penyebab utama terjadinya hujan, atau sebaliknya, hujan adalah akibat dari proses penguapan air laut. Perhatikan kata-kata yang dicetak tebal dalam teks.

Kaidah Kebahasaan dalam Teks Eksplanasi

Kaidah kebahasaan adalah aturan atau pedoman dalam penggunaan bahasa untuk membuat sebuah teks. Seperti halnya dalam teks lainnya, teks eksplanasi juga mengikuti beberapa kaidah yang meliputi penggunaan konjungsi, pronomina penunjuk, kata pasif, kata denotatif, dan kata teknis.

1. Konjungsi (Kata Sambung)

– Konjungsi Kausalitas: Konjungsi ini menghubungkan dua klausa atau lebih untuk menjelaskan sebab akibat. Contoh konjungsi kausalitas termasuk “karena,” “akibat,” “oleh sebab itu,” dan “oleh karena itu.” Sebagai contoh, dalam kalimat “Hujan terjadi karena proses penguapan air laut,”.

– Konjungsi Kronologis: Konjungsi ini menghubungkan dua klausa atau lebih untuk menjelaskan urutan waktu kejadian. Contoh konjungsi kronologis meliputi “kemudian,” “lalu,” “setelah itu,” “pada akhirnya,” dan “sebelumnya.” Sebagai contoh, dalam kalimat “Setelah mendapat kemenangan itu, pasukan Pangeran Diponegoro dengan secepat kilat menghilang dari Daksa.”

2. Pronomina Penunjuk

Pronomina penunjuk adalah kata yang digunakan untuk menggantikan benda. Contoh pronomina penunjuk yang umum digunakan dalam teks eksplanasi mencakup “ini,” “itu,” dan “tersebut.” Sebagai contoh, dalam kalimat “Tawuran pelajar menjadi fenomena yang sering muncul di ibukota. Penyimpangan sosial tersebut biasanya dilakukan selepas pulang sekolah.” Kata “tersebut” digunakan untuk merujuk kepada “tawuran pelajar” yang disebutkan sebelumnya.

3. Kata Pasif

Kata pasif dimulai dengan imbuhan “di-” atau “ter-“. Contohnya, dalam kalimat “Para buruh yang tergabung dalam organisasi Ikatan Buruh Indonesia menyampaikan aspirasi mereka di depan Istana Presiden.” Kata “tergabung” adalah bentuk kata kerja pasif.

4. Kata Denotatif

Kata denotatif adalah kata yang memiliki makna yang sesuai dengan kenyataan dan bersifat faktual serta objektif. Kata ini mencerminkan pengamatan berdasarkan indra seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalaman.

5. Kata Teknis

Kata teknis adalah kata atau gabungan kata yang mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat dalam bidang tertentu. Kata teknis sering kali merupakan istilah khusus dalam suatu bidang ilmu. Sebagai contoh, dalam teks eksplanasi tentang kebakaran hutan, istilah “firespot” digunakan untuk merujuk kepada titik awal penyebaran api.

teks eksplanasi

Struktur dan Cara Membuat Teks Eksplanasi

Setelah memahami ciri-ciri, pola pengembangan, dan kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi, saatnya kita berlatih untuk membuat teks eksplanasi sendiri. Sebelum mulai menulis, kita harus memahami struktur teks eksplanasi, yang terdiri dari Identifikasi Fenomena, Penggambaran Rangkaian Kejadian, dan Ulasan.

1. Identifikasi Fenomena

Ini adalah bagian awal di mana kita memberikan gambaran tentang fenomena yang akan dijelaskan. Pada tahap ini, kita memilih topik yang akan dibahas, seperti kebakaran hutan, dan memberikan definisi serta dampak dari fenomena tersebut. Definisi ini biasanya ditempatkan di dalam paragraf pertama.

2. Penggambaran Rangkaian Kejadian

Bagian ini memuat penjelasan mengenai proses terjadinya fenomena tersebut. Kita dapat menjelaskan penyebab atau tahapan-tahapan yang terlibat dalam kejadian tersebut.

3. Ulasan

Ini adalah bagian akhir yang berisi komentar atau penilaian penulis mengenai dampak dari fenomena yang dibahas.

Contoh Teks Eksplanasi

Untuk memahami lebih lanjut tentang cara menyusun teks eksplanasi, berikut ini contoh teks eksplanasi beserta strukturnya.

Tema: Kebakaran Hutan

Identifikasi Fenomena

Kebakaran Hutan adalah kejadian ketika hutan terbakar dalam skala besar, yang menyebabkan kerusakan pada sebagian atau seluruh hutan itu sendiri. Kebakaran hutan juga berdampak pada pencemaran udara di sekitar wilayah penduduk.

Penggambaran Rangkaian Kejadian

Kebakaran Hutan bisa disebabkan oleh tindakan manusia dan faktor alam. Manusia dapat memicu kebakaran hutan dengan cara membuang puntung rokok sembarangan, membakar hutan secara sengaja, atau lupa memadamkan api unggun. Selain itu, musim kemarau yang panjang juga menjadi faktor yang memicu kejadian ini. Ketika daun atau ranting pohon bersentuhan, ini dapat memicu terjadinya api yang dapat cepat merambat.

Ulasan

Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang sangat berharga yang harus kita lindungi. Sebagai makhluk yang memiliki akal budi, kita memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian hutan. Langkah-langkah sederhana seperti membuang puntung rokok pada tempatnya dan memastikan api unggun sudah benar-benar padam sebelum kita meninggalkan lokasi dapat membantu mencegah kebakaran hutan. Dengan begitu, kita dapat berperan aktif dalam menjaga keindahan alam kita.

 

Demikianlah pembahasan tentang struktur teks eksplanasi, contohnya, dan beberapa hal yang perlu dipahami agar dapat membuatnya. Jika masih ada pertanyaan, jangan ragu untuk belajar lebih lanjut bersama STAR Master Teacher di Brain Academy. Kamu bahkan bisa mencoba program ini secara gratis. Menarik, bukan? Klik banner di bawah ini untuk informasi lebih lanjut. Sampai jumpa!

15 Contoh Cerpen Singkat dengan Beragam Tema yang Menghibur

Contoh Cerpen Singkat

Contoh Cerpen Singkat

Cerpen adalah bentuk tulisan prosa yang tidak melebihi 10.000 kata dan hanya memiliki satu konflik sentral. Di bawah ini, kami sajikan beberapa contoh cerpen yang bisa menjadi sumber inspirasi Anda. Ayo, kita lihat!

Ketika saya masih bersekolah, saya sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, terutama ketika kami diminta untuk menulis dan membaca cerpen. Saya merasa bahwa menulis cerpen sama dengan mengaplikasikan semua pengetahuan yang saya pelajari dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, seperti penggunaan tanda baca, berbagai macam imbuhan, dan berbagai jenis teks.

Bagi mereka yang juga menyukai membaca cerpen, mari kita lihat beberapa contoh cerpen singkat dengan berbagai tema yang seru dan menarik berikut ini.

Pengertian Cerpen

Jadi, apa itu cerpen sebenarnya? Cerpen adalah singkatan dari “cerita pendek.” Sesuai dengan namanya, cerpen adalah bentuk prosa fiksi yang singkat dan hanya memiliki satu konflik sentral. Secara sederhana, cerpen adalah cerita fiksi yang bisa dibaca sekaligus, dimulai dari pengenalan tokoh, konflik, hingga penyelesaiannya. Panjang cerpen tidak boleh melebihi 10.000 kata.

Jenis-Jenis Cerpen

Cerpen sendiri memiliki tiga jenis, yaitu:

1. Cerpen Pendek

Meskipun namanya sudah “pendek,” ada cerpen yang lebih pendek lagi. Cerpen pendek hanya terdiri dari 500 – 700 kata. Bahkan, kadang-kadang mereka juga disebut “ficlet.”

2. Cerpen Sedang

Cerpen sedang memiliki panjang antara 700 – 1000 kata.

3. Cerpen Panjang

Cerpen panjang terdiri dari lebih dari 1000 kata. Beberapa bahkan bisa mencapai 5000 – 10.000 kata.

Contoh Cerpen

Untuk memahami lebih lanjut, berikut adalah beberapa contoh cerita pendek yang dapat Anda gunakan sebagai panduan dalam pembelajaran. Mari kita simak!

1. Contoh Cerpen berjudul “Hutan Merah” karya Fauzia.

Matahari bersinar terik di Lampung. Cahayanya hanya mampu menembus rimbunnya pepohonan, menciptakan berkas tipis yang menari-nari di antara dedaunan. Burung-burung berkicau seakan-akan mereka sedang menyanyikan sebuah lagu untuk alam. Suara riak sungai yang jernih bergabung dengan melodi batu-batu sungai dan jawaban dari beberapa makhluk yang hidup di hutan itu. Di sinilah Bora, si anak gajah Lampung, tinggal, dan saat ini, ia sedang bermain riang bersama teman-temannya di tepi sungai.

Ketika Bora dengan ceria menyemprotkan air menggunakan belalainya ke arah Dodo, sesama anak gajah, Dodo bersorak dengan riang. Tapi tiba-tiba, kebahagiaan mereka terhenti oleh suara gemuruh yang mendatang dari arah utara hutan. Gemuruh itu dicampur dengan deru sesuatu yang sama sekali tak dikenali oleh Bora.

“Hei, lihat itu!” serentak mereka berhenti dan menatap langit yang ditunjuk oleh Dodo. Ada asap hitam tebal yang menjulang tinggi. Asap itu semakin mengental dan terus berkelebat. Fenomena aneh ini belum pernah mereka saksikan sebelumnya. Selama ini, mereka hanya mengenal langit biru cerah dengan awan-awan putih yang berarak di sana.

Hutan yang tadi begitu tenang tiba-tiba menjadi neraka bagi semua makhluk. Asap hitam yang pekat mulai menyelimuti seluruh hutan, dan suhu udara meningkat secara drastis, memaksa hewan-hewan tersebut berteriak dengan panik.

Bora merasa panik. Sambil mengikuti Pipin yang menariknya, matanya mencari-cari ibunya. “Pipin, di mana ibuku?” tanya Bora.

“Ibu… ibumu…” Pipin terdiam karena dia juga tidak tahu di mana ibu Bora berada.

“Aku harus kembali ke sarang!” Bora mencoba melepaskan diri dari belalainya yang sedang digandeng Pipin.

Namun, Pipin dengan cepat menarik belalai Bora kembali. “Ibumu pasti sudah ada di depan bersama gajah-gajah dewasa lainnya,” kata Pipin.

Bora tidak mengindahkan kata-kata Pipin dan melepaskan diri lagi, lalu berlari secepat mungkin menuju sarangnya.

“Bora!” Pipin berteriak sambil berusaha mengejar.

Bora tiba di dekat sarangnya dengan napas tersengal-sengal. Matanya membelalak ketika dia melihat ibunya sedang berjuang untuk keluar dari sarang yang terancam api. Api sudah menjalar di sekitar pohon-pohon di dekat sarang itu.

“Ibu!” Bora berteriak dengan keras.

“Apa yang kamu lakukan di sini?! Cepat pergi!” ibu Bora berteriak sambil mencoba mengusir Bora dengan belalainya, menekankan agar Bora menjauh dari tempat itu.

“Tidak! Aku tidak akan pergi!” Bora menentang keras. Mengapa ibunya masih mencoba mengusirnya saat nyata-nyata dia berada dalam bahaya?

“Cepatlah, Bora!”

“Bora! Ayo pergi!” Tiba-tiba, Pipin muncul dan menarik belalai Bora.

“Bukan! Saya tidak mau!” Bora menarik belalai Pipin dengan kasar. “Ibu, saya akan menyelamatkanmu!”

“Ibu! Tidak!” Pipin berteriak.

Kraaak! Braaak!

“Ibu!! Ibu!!” Bora terus berteriak memanggil ibunya. Kemudian, pohon yang terbakar itu tumbang dan menimpa tubuh ibu Bora.

“Ayo, Bora, kita harus pergi,” kata Pipin dengan lirih sambil menarik Bora.

Bora sekali lagi menoleh ke belakang saat mereka sudah cukup jauh dari sarang. Tidak ada lagi hutan hijau dengan pepohonan lebat. Hutan yang selalu ia kagumi telah berubah menjadi lautan api yang membara.

2. Contoh Cerpen Berjudul “Dilema Nara” karya Alya Khalisah

Nara terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya yang, entah sejak kapan, terbuka. Sejenak, ia hanya memandang langit-langit kamar. Matanya masih terasa bengkak akibat tangis yang menghampirinya semalam.

Kemudian, Nara bangun dan duduk di sisi ranjang kecilnya. Gadis ini melihat sekeliling kamarnya, dan tiba-tiba, terdengar suara kaca yang pecah dari luar.

Nara menutup kedua telinganya dengan erat, enggan mendengar apapun. Air mata mengalir di pipinya. Wajahnya tersembunyi dalam telapak tangannya yang lemah. Baginya, hidup dalam situasi seperti ini sudah tak terlalu bisa ditahankan. Ia merasa tak mampu bertahan dalam pusaran kesedihan yang terus menghantuinya.

Nara perlahan-lahan keluar dari rumah, berjalan di antara jalanan yang sepi sambil menundukkan kepala, seakan-akan malu dunia melihatnya. Ia melihat bayangannya di antara pepohonan dan rumah-rumah. Namun, ia berhenti saat seseorang menghalanginya.

“Saya ingin bicara denganmu,” kata orang tersebut.

Nara mengangkat kepala, wajah orang itu terasa akrab.

“Mengapa?” tanya Nara dengan ekspresi datar, tetapi tak mendapat jawaban. “MENGAPA KAMU HARUS DILAHIRKAN KE DUNIA INI?” bentaknya tiba-tiba.

Orang itu meletakkan telapak tangannya di pipi Nara. “PERGI!”

Nara tak sanggup menatap lawannya. Ia hanya memegang pipinya yang masih terasa nyeri akibat tamparan tadi. “Hilanglah dari dunia ini, penghancur keluarga orang!” hardik gadis itu. Nara menangis, teriakan gadis itu terdengar di telinganya. Air mata mengalir di sudut wajahnya.

Nara adalah seorang anak perempuan yang hidup dalam keluarga yang bahagia, dikelilingi oleh cinta kasih orang tuanya. Awalnya, ia mengira hidupnya sempurna. Namun, ternyata itu semua hanyalah ilusi belaka. Ayahnya, ternyata, telah menikah lagi. Saat itulah Nara menyadari bahwa ibunya adalah istri kedua ayahnya.

Keluarganya tidak diinginkan oleh siapa pun. Ibunya dianggap sebagai wanita yang tak memiliki harga diri. Tidak ada yang mau berbagi nafas atau tempat dengan keluarga Nara. Mereka tidak peduli betapa besar kerusakan mental yang mereka berikan kepada orang yang mereka hina.

Istri pertama ayah Nara adalah sahabat dekat ibu Nara. Mereka telah berjanji untuk tidak mengkhianati satu sama lain sejak mereka bersekolah. Ketika istri pertama ayahnya mengetahui apa yang terjadi, ia pasti sangat terkejut. Suami yang ia cintai berpaling darinya. Sahabat yang ia percayai mengkhianatinya dalam waktu yang sama.

Nina, anak dari istri pertama ayahnya, bahkan tidak percaya saat ayahnya mengungkapkan hal tersebut. Teror mulai datang sebagai tanda balas dendam. Dari pecahnya kaca jendela di rumah hingga bahaya yang mengancam rumah mereka.

“Na?” Nara terbangun dari lamunannya. Gadis itu tetap diam, matanya kosong.

“Nara? Sayang, kamu di dalam, bukan?” Panggilan itu tidak membuat Nara bergerak dari tempatnya. Kemudian, suara ketukan demi ketukan datang dari balik pintu.

“Nara, tolong buka pintunya, Sayang. Ibu ingin berbicara tentang rencana pindah kita.”

Keluarganya berencana untuk pindah, untuk meninggalkan semua kenangan buruk dan memulai yang baru. Tapi bagi Nara, pindah hanyalah pelarian. Tubuhnya tidak akan lagi menerima penyiksaan. Namun, jiwa dan pikirannya telah terluka oleh rasa frustasi yang tidak berkesudahan. Ia tidak akan pernah hidup dalam damai seperti sebelumnya.

Nara tetap diam. Dalam pikirannya yang kacau, ia memikirkan Nina. Gadis itu ingin Nara hilang dari dunia ini. Ia ingin Nara lenyap. Nara tahu apa artinya itu.

Nara memandang luka-luka di tubuhnya yang berasal dari tangis dan penyesalan ayah dan ibunya. Ia tercengang, mengenang semua yang terjadi begitu cepat.

Pertama-tama, ia berencana untuk memutuskan urat nadinya dengan gunting hijau kesukaannya. Pertama-tama, ia tidak ingin melihat orang tuanya menangis sambil memeluknya. Pertama-tama, ia ingin merasakan rasa sakit yang lebih lama. Tapi saat ia menutup mata dan bersiap untuk menghadapi risiko perbuatannya, cahaya putih menyinari dirinya. Sesaat, ia berpikir itu hanya fantasi ketika ia sudah berhasil mati. Kemudian Nara tahu, kematiannya akan membawa kebahagiaan kepada semua orang.

Nara tersenyum. Ia tidak merasa sedih sedikit pun. Ia hanya merasakan kebebasan dan kedamaian dalam pikirannya. Sekarang, ia tidak perlu lagi menerima penderitaan mental dari orang-orang di sekitarnya. Ia bebas dan hidup dalam kedamaian yang selama ini ia impikan.

Nara menutup matanya, merasakan semua sensasi dan kenikmatan damai yang mengalir ke dalam tubuhnya. Cahaya kembali datang dan membawanya ke dimensi lain. Dimensi yang akan membawanya menuju keabadian.

3. Cerpen Panjang berjudul Badai yang Reda

Puluhan layang-layang yang menghias langit di atas kepala saya terlihat seperti barisan burung yang sedang bermigrasi. Angin pantai yang bertiup kencang mendorong mereka terbang lebih tinggi dan lebih jauh, tetapi tetap terkendali oleh tali kenur. Saya ingin seperti layang-layang itu, walaupun beberapa orang mengatakan bahwa hidup seperti layang-layang tidak sepenuhnya bebas. Meskipun terlihat bebas, ada tali tipis namun kuat yang mengendalikannya.

Namun, saya tetap bermimpi menjadi layang-layang yang terbang tinggi di langit yang cerah di Pangandaran ini.

Saya melihat sekeliling. Pertengahan bulan Juli adalah puncak musim liburan di mana-mana. Banyak wisatawan asing yang bermain di Pantai Selatan ini, entah itu dengan layang-layang atau hanya menikmati pemandangan cerah di Pantai Pangandaran ini. Saya sendiri duduk di depan kios Uwak Imas yang menjual pakaian. Aroma khas laut yang bercampur dengan bau pabrik ikan asin yang tidak jauh dari sini telah menjadi udara harian yang saya hirup. Meskipun sinar matahari terik menyentuh kulit saya, saya tetap duduk di luar kios. Sebab Uwak Imas sedang sibuk melayani turis asing yang ingin membeli dagangannya. Saya tidak ingin masuk, karena pasti Uwak Imas akan meminta saya untuk melayani turis-turis tersebut, meskipun dia tahu bahwa saya hanya bisa menjawab “ya” dan “tidak”.

Ketika saya berpaling dari layang-layang, saya melihat Bapak bersama tiga orang lainnya bersiap-siap untuk berlayar. Saya ingat bahwa Bapak telah berlayar semalam dan baru kembali tadi subuh. Mengapa mereka bersiap-siap berlayar lagi sekarang? Apakah tiba-tiba kapal Haji Miun mendeteksi gerombolan ikan tuna di laut tengah? Tidak, itu adalah pemikiran bodoh! Satu-satunya peralatan canggih yang mereka gunakan adalah naluri nelayan yang telah berkembang selama puluhan tahun.

Kaki saya membawa saya mendekati mereka. Angin bertiup sangat kencang di telinga saya. Tumbuh di pesisir pantai membuat saya memiliki ketakutan yang berbeda dari orang lain. Ketika orang lain takut melihat keluarganya terombang-ambing oleh ombak, saya merasakan ketakutan yang berbeda. Saya takut membenci laut. Saya takut bahwa laut, yang selama ini saya anggap sebagai teman, akan menjadi musuh saya dan merenggut segala yang saya cintai.

Bagi saya, laut adalah rumah, dan rumah saya adalah laut.

Saat saya tiba di dekat bibir pantai, Bapak melambai pada saya sambil tersenyum. Kulitnya sudah terpanggang matahari, rambutnya telah memudar, bukan karena uban tetapi karena sering terkena air laut. Bapak masih terlihat segar, meskipun wajahnya telah dipenuhi keriput. Matanya yang berwarna hitam pekat bersinar saat melihat saya, seperti air laut yang memantulkan sinar matahari. Saya selalu suka melihat Bapak tersenyum seperti itu, tetapi entah kenapa kakiku gemetar saat melihatnya sekarang.

“Bapak mau berlayar lagi?” saya bertanya.

Bapak meletakkan jaring yang telah ia rapikan ke dalam perahu. “Iya, Nak. Pak Sudir mengajak saya mancing, katanya cuaca bagus.”

“Saya ingin ikut juga,” kata saya.

Sejenak saya ragu dengan ajakan Pak Sudir. Bukan, bukan karena takut pada laut, tetapi ada perasaan aneh yang muncul di hati saya. Sejak beberapa saat yang lalu, perasaan ini telah saya rasakan berulang kali, terutama ketika melihat Bapak berlayar di tengah malam. Tetapi saya tetap merasa asing dengan perasaan takut ini. Seperti berada di dalam perahu di tengah badai, di tengah laut.

“Ahh, sudahlah, kamu jaga kios Uwak saja,” kata Bapak.

Saya tidak bisa menjawab kata-kata terakhir Bapak sebelum Beliau naik ke perahu bersama tiga pria lainnya. Rasanya … sama seperti ketika saya melihat Ibu meninggalkan rumah pada hari itu. Saya telah berusia dua belas tahun saat itu, cukup besar untuk memahami situasi seperti itu. Dan sejak saat itu, saya tidak pernah menangis lagi untuk Ibu, karena air mata ini tidak cukup untuk membawanya kembali.

Tetapi apakah saya harus menangis hari

ini? Untuk membuat perahu yang ditumpangi Bapak berbalik lagi?

Saya merasa itu konyol! Saya harus ingat, saya sekarang berusia tujuh belas tahun.

Saya tidak akan meninggalkan bibir pantai dan tetap duduk di sana, memandangi perahu yang telah hilang dari pandangan. Terkadang ombak menerpa kakiku. Saya tidak peduli dengan sinar matahari menyengat di Pantai Selatan dan keramaian turis di seberang sana, saya tetap duduk di atas bebatuan. Sesekali mata saya menangkap keluarga yang bermain air atau hanya duduk-duduk di pantai. Mungkin saya akan seperti mereka jika tidak dibesarkan di laut, menganggap laut sebagai tempat yang menyenangkan. Tetapi saya tidak bisa tertawa seperti mereka, walaupun saya menganggap laut adalah rumah dan teman saya. Laut menyimpan banyak ketakutan dan kekhawatiran.

Saya menutup mata saya, berdoa sambil merasakan angin menerpa tubuh saya dan ombak yang terus membasahi kakiku. Saya berdoa … kali ini juga, jaga Bapak.

Hari semakin sore, dan matahari tidak lagi seterik sebelumnya. Meskipun kekhawatiran masih ada, saya beranjak dari bebatuan dan kembali ke kios Uwak Imas. Saat saya tiba di sana, Uwak Imas langsung menyambut saya dengan semprotan mulutnya yang cerewet. Saya hanya tersenyum, tidak ingin melawan sekaligus menutupi kekhawatiran saya. Saya hanya akan merasa lega jika melihat Bapak kembali.

Karena tidak ada turis asing yang datang ke kios Uwak, hanya turis domestik, saya mulai membantu di kios. Saya hampir melempar uang koin lima ratusan ke wajah pembeli yang baru saja membayar ketika suara Uwak Imas tiba-tiba memekik keras di depan kios. Saya dan pembeli itu melihat ke arah luar dan kemudian mendekati Uwak Imas. Ternyata Uwak Imas tidak sendirian, Bi Iyah dan Mang Satya, penjual pakaian lainnya dan tetangga saya, juga ada di sana.

“Suara apa itu? Seumur hidup saya tidak pernah mendengar suara ombak seperti itu,” kata Uwak Imas.

Ucapan Uwak Imas direspons oleh dua orang lainnya dengan heboh. Saya mengabaikan mereka dan tetap memandangi pantai dari tempat saya. Tadi siang, suara radio di kios Uwak Imas sangat keras, jadi saya tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Uwak Imas. Benarkah suara ombak begitu keras?

Mata saya menyipit. Kios ini tidak jauh dari keramaian pantai, jadi selalu ada pembeli yang datang. Tetapi keramaian di sana tidak berbeda dari beberapa saat yang lalu ketika saya duduk di atas bebatuan. Teriakan kebahagiaan terdengar keras di sana. Namun beberapa detik kemudian, teriakan itu berubah menjadi jeritan ketakutan.

“Allahu Akbar! Ombak! Ombak!”

Jeritan itu bergema dan berulang. Gemuruh yang mungkin hanya terdengar oleh Uwak Imas, sekarang bisa saya dengar juga. Orang-orang berlari menjauh dari bibir pantai sejauh yang mereka bisa. Tetapi saya tidak bisa bergerak, meskipun situasinya sangat kacau di sekitar saya. Suara saya terhenti di tenggorokan, dan mata saya hanya bisa bergerak ke atas, mengikuti gerakan ombak di atas kepala saya. Telinga saya terdiam. Seluruh tubuh saya mengikuti arah aliran ombak, terdampar. Nafas saya sakit, dan rasa sakit itu menyebar ke seluruh tubuh saya.

“Bapak…”

Dengan sisa-sisa kekuatan saya, saya berkata pada diri sendiri.

Dalam kegelapan yang merayap di pandangan saya.

Suara pedih itu menyelubungi saya. Seperti asap pekat yang memenuhi paru-paru, itu tidak mudah untuk dibersihkan meskipun saya terus meniupnya, itu menyerang paru-paru saya, memadamkan napas saya, menggigit saya dalam-dalam. Suara orang-orang berteriak, berteriak satu sama lain. Seolah waktu mengejar mereka tanpa henti, mereka terus bergerak.

Dalam kekacauan itu, saya melihat sosok yang saya cintai berdiri di sana dengan mata yang memerah. Saya tahu dia menangis, tetapi saya tidak bisa mendengar suaranya. Kaos lusuh yang dia dapat dari kampanye partai politik beberapa tahun lalu basah kuyup, begitu juga dengan celana hitamnya. Dia meremas-remas topi yang dia kenakan tadi.

Langit malam di belakangnya, seperti latar belakang yang menggambarkan kesedihannya. Dan saya hanya bisa berdiri di tempat ini, tidak bisa mengucapkan kata-kata atau bahkan menggerakkan kaki untuk mendekatinya. Kakiku gemetar, perlahan menekuk, berjongkok di depan sosok yang tergeletak kaku. Kemudian seluruh tubuhnya gemetar, tanpa kecuali. Dia terus menunduk, tidak mengucapkan kata apa pun, dan lama-kelamaan saya merasakan hujan yang membasahi tubuh saya dengan deras, seperti air mata yang tidak pernah berhenti dari dia. Tangannya mencari-cari sesuatu dengan isakan pilu yang memenuhi paru-paru saya.

Seseorang datang setelahnya, mencoba menghentikan dia yang tampaknya ingin berbaring di samping sosok yang tergeletak itu. Sebanyak apapun dia berteriak, semuanya tidak akan kembali. Dan bodohnya, saya hanya bisa berdiri di sini.

Saya tidak bisa melakukan apa-apa.

Hanya membiarkan mereka menutup kantong kuning yang membungkus tubuh saya, meninggalkan tangis pedih sang Bapak di antara kerumunan yang

berlarian di sana. Kegelapan itu berubah menjadi cahaya yang terang.

Saya berjalan menuju cahaya yang menyilaukan, sekali lagi berharap. Laut, saya mohon, kali ini—tidak, maksud saya selamanya—jaga Bapak.

4. Cerpen dengan judul “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis

Haji Saleh sangat terkejut melihat teman-temannya yang berada di neraka, menderita dalam panas yang terik, merintih kesakitan. Ia mulai bingung dengan keadaannya, karena semua orang yang ada di neraka ini tidak kalah taat beribadahnya darinya. Bahkan, ada yang sudah pergi ke Mekah hingga empat belas kali dan bergelar Syeh. Haji Saleh mendekati mereka dan bertanya mengapa mereka semua ada di neraka. Namun, seperti Haji Saleh, mereka juga tidak mengerti.

“Bagaimana bisa Tuhan kita melakukan ini?” kata Haji Saleh. “Kita selalu taat beribadah dan teguh beriman. Semua yang diperintahkan kita lakukan sepanjang hidup kita. Tapi sekarang kita malah masuk neraka.”

“Kami juga merasa tidak adil,” kata orang-orang di sekitarnya.

“Jika begitu, kita harus meminta Tuhan memberikan kesaksian atas kesalahan kita. Kita harus mengingatkan Tuhan bahwa mungkin ada kesalahan dalam hukuman-Nya.”

“Benar sekali. Kita harus meluruskan ini,” seru yang lain, yang ternyata adalah pemimpin gerakan revolusi di dunia.

“Setuju! Setuju! Setuju!” serukan mereka.

Mereka pun berangkat bersama-sama untuk menghadap Tuhan dan meminta kesaksian atas kesalahan mereka. Ketika Tuhan bertanya apa yang mereka inginkan, Haji Saleh menjadi juru bicara mereka.

“Tuhan Maha Besar kami, kami adalah umat paling taat beribadah, yang selalu menyebut nama-Mu, memuji kebesaran-Mu, dan memperjuangkan keadilan-Mu. Kitab suci kami hafal dengan baik dan kami selalu membacanya dengan benar. Tetapi, Tuhan Maha Kuasa, setelah kami dipanggil ke hadirat-Mu, kami malah dimasukkan ke neraka. Oleh karena itu, kami yang mencintai-Mu memohon agar hukuman kami diperiksa ulang dan kami dimasukkan ke surga, sesuai dengan janji-Mu dalam kitab suci.”

“Di mana kalian tinggal di dunia?” tanya Tuhan.

“Kami tinggal di Indonesia, Tuhan.”

“Negara yang tanahnya subur itu?”

“Ya, Tuhan.”

“Negara yang kaya akan logam, minyak, dan sumber daya alam lainnya?”

“Benar, Tuhan. Indonesia adalah negeri kami.”

“Negara yang pernah dijajah oleh bangsa lain?”

“Ya, Tuhan. Penjajah telah menyebabkan kami menderita.”

“Hasil alam negaramu dieksploitasi oleh bangsa lain, bukan?”

“Benar, Tuhan. Mereka mengambil hasil alam kami.”

“Di negara yang selalu kacau dan sering terjadi pertikaian antar penduduknya?”

“Ya, Tuhan. Kami memang sering mengalami konflik.”

“Kamu bahkan membiarkan dirimu menderita, bukan?”

“Ya, Tuhan. Kami bersedia menderita demi iman kami.”

“Karena kerelaanmu menderita, anak-anakmu juga menderita, bukan?”

“Ya, Tuhan. Kami menerima penderitaan ini, bahkan keturunan kami menderita.”

“Namun, kamu tidak mempedulikan kehidupan kaummu dan anak-anak istrimu. Kamu terlalu egois. Kamu takut masuk neraka, jadi kamu taat beribadah. Tetapi kamu melupakan kehidupan sehari-hari mereka, dan harta bendamu diambil oleh orang lain. Kamu lebih suka berkelahi antara sesamamu, saling menipu dan saling memeras. Aku memberikan kamu negeri yang kaya raya, tapi kamu malas. Kamu lebih suka beribadah karena itu lebih mudah. Aku telah menyuruh kamu beramal selain beribadah, tetapi kamu tidak mau bekerja dan tetap miskin. Kamu berpikir aku senang menerima pujianmu dan disembah. Kamu salah besar! Kamu semua harus masuk neraka! Malaikat, bawalah mereka kembali ke neraka. Letakkan mereka di dalam neraka.”

Mereka semua terdiam dan tidak berani berbicara lagi. Mereka sadar akan kesalahan-kesalahan mereka di dunia.

Namun, Haji Saleh ingin memastikan apakah perbuatannya di dunia ini benar atau salah. Ia tidak berani bertanya kepada Tuhan, jadi ia bertanya pada malaikat yang menggiring mereka.

“Apakah salah jika kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh.

“Menyembah Tuhan bukanlah kesalahanmu. Kesalahanmu adalah karena terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kamu tak peduli dengan kehidupan kaummu, keluargamu, dan anak-anak istrimu. Kamu egois. Meskipun kamu beribadah, kamu melupakan kehidupan sehari-hari mereka. Itulah kesalahan terbesarmu,” jawab malaikat.

Demikianlah kisah yang didengar Ajo Sidi dari Kakek. Kisah yang membuat Kakek merenung.

Keesokan harinya, ketika aku hendak turun ke rumah pagi-pagi, istriku memberi t

5. Cerpen berjudul “Pejuang” karya Maria Maghdalena Bhoernomo

Seorang lelaki tua selalu mengenakan lencana merah putih yang melekat di bajunya. Di mana pun dia pergi, lencana merah putih selalu menjadi bagian dari penampilannya.

Ia adalah seorang pejuang yang pernah berjuang bersama pahlawan-pahlawan pada masa penjajahan sebelum negara ini merdeka. Kini, semua rekan sejuangannya telah meninggal dunia. Ia merasa bersyukur karena diberi umur panjang sehingga bisa menyaksikan rakyat hidup dalam kedamaian.

Tidak lagi ada penjajahan dari bangsa asing. Tidak lagi perlu berjuang gerilya di dalam hutan. Namun, ia juga merasa bersedih ketika membaca berita di koran yang mengungkapkan bahwa negara ini semakin miskin akibat korupsi yang merajalela di kalangan pejabat negara.

Kekayaan negara pun terkuras oleh perusahaan-perusahaan asing yang berkolaborasi dengan elit politik. Saat ini, para elit politik hidup dalam kemewahan, serupa dengan pengkhianat-pengkhianat bangsa pada masa sebelum negara ini merdeka. Pada masa itu, pengkhianat-pengkhianat bangsa menjadi mata-mata Kompeni, siap mengkhianati bangsanya sendiri demi keuntungan pribadi.

Mereka rela mengorbankan sesama anak bangsa demi keuntungan mereka. Mereka mendapatkan berbagai fasilitas mewah seperti rumah, mobil, dan wanita cantik. Lelaki tua itu tiba-tiba teringat saat-saat ketika ia ditugaskan untuk menghilangkan pengkhianat-pengkhianat bangsa pada masa penjajahan.

Jenderal Sudirman pernah memerintahkannya untuk membersihkan negara ini dari pengkhianat-pengkhianat bangsa yang tidak segan-segan mengorbankan siapa saja demi keuntungan pribadi. “Mereka adalah musuh yang lebih berbahaya daripada Kompeni. Mereka tidak pantas hidup di tanah airnya sendiri. Kita harus menyingkirkan mereka dengan tuntas. Mereka tidak mungkin menjadi mitra perjuangan karena mereka telah mengkhianati bangsa mereka dengan jelas,” kata Jenderal Sudirman dengan berbisik di telinganya ketika mereka bergerilya di tengah hutan.

Lelaki tua itu kemudian bergerilya di berbagai kota untuk menghapuskan pengkhianat-pengkhianat bangsa tersebut. Ia berjuang sendirian melawan mereka. Dengan menyamar sebagai penjual tape singkong dan penjual air tape singkong yang bisa dijadikan pengganti arak atau tuak, ia mendatangi rumah-rumah pengkhianat bangsa. Banyak di antara pengkhianat-pengkhianat tersebut gemar membeli air tape singkong.

Mereka adalah kaum yang hanya tergiur oleh nafsu belaka. Lelaki tua itu sangat marah kepada pengkhianat-pengkhianat bangsa tersebut. Mereka harus dihilangkan dengan cara apa pun. Dan ia memilih cara yang sederhana namun efektif untuk menghilangkan mereka. Air tape singkong yang ia jual telah dicampur dengan racun yang ia peroleh dari seorang sahabatnya yang berkebangsaan Tionghoa yang sangat mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Racun tersebut amatlah mematikan, namun bahan-bahannya tidak diketahui oleh banyak orang. Jika racun tersebut dicampur dengan air tape singkong dan diminum, dalam waktu dua jam setelah meminumnya, peminumnya akan tertidur untuk selamanya. Tidak ada yang tahu bahwa pengkhianat-pengkhianat bangsa tersebut tewas satu per satu setelah mengonsumsi air tape singkong yang telah dicampur dengan racun.

Dokter-dokter yang mencoba menyelamatkan mereka mengira kematian mereka disebabkan oleh serangan jantung. Dukun-duku yang mencoba mengobati mereka menduga mereka tewas akibat kutukan. Para pemuka agama yang mencoba memberikan pertolongan menduga mereka meninggal karena dosa-dosa yang mereka lakukan.

6. Cerita Pendek berjudul “Persahabatan Sejati”

Sekarang, saya berada di kelas 3 SMP, dan setiap hari saya habiskan bersama ketiga sahabat saya: Aris, Andri, dan Ana. Kami sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu hari, kami membuat surat perjanjian persahabatan yang kami letakkan dalam sebuah botol yang kemudian kami kubur di bawah pohon. Kami berencana untuk membuka botol itu saat menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang dinantikan akhirnya tiba, dan kami semua lulus ujian.

Kami dengan cepat berlari menuju tempat di bawah pohon di mana kami telah mengubur botol itu dulu.

Kami membuka botol itu bersama-sama dan membaca pesan yang kami tulis dahulu. Pesannya berbunyi, “Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya.”

Keesokan harinya, Aris merencanakan sebuah perayaan untuk merayakan kelulusan kami berempat.

Malam itu, kami pergi ke suatu tempat bersama-sama, dan itulah saat-saat yang tak akan pernah saya lupakan karena Aris memiliki rencana untuk mengungkapkan perasaannya padaku. Akhirnya, Ana dan saya menjadi sepasang kekasih.

Hal yang sama terjadi pada Andri, yang juga menjadi pacar Ana. Malam itu adalah malam yang sangat istimewa bagi kami berempat. Kami pun bergegas pulang.

Namun, ketika kami dalam perjalanan pulang, saya merasa ada yang tidak beres.

“Ada sesuatu yang tidak enak, ya?” kata saya dengan kecemasan.

“Santai saja, Ndi, kita baik-baik saja,” jawab Andri dengan tenang.

Tapi tidak lama setelah itu, ketakutan saya menjadi kenyataan.

“Aris, hati-hati! Ada truk di depan!” teriak saya.

“Aaaaaaaa!”

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai terjatuh ke jurang. Saya tak bisa menahan air mata yang terus mengalir, dan akhirnya saya kehilangan kesadaran.

Perlahan-lahan, saya membuka mata saya perlahan, dan ibu saya ada di samping saya.

“Nindi, kamu sudah sadar, Nak?” tanya ibu.

“Saya ada di mana, Ibu? Di mana Ana, Andri, dan Aris?” tanya saya.

“Kamu di rumah sakit, Nak. Berusaha tegar ya, Andri dan Aris tidak selamat di lokasi kecelakaan itu,” jawab ibu sambil meneteskan air mata.

Saya terdiam mendengar kata-kata ibu, dan air mata saya terus mengalir. Saya merasa kehilangan Aris dengan sangat mendalam.

“Aris, mengapa kamu meninggalkan saya? Saya sangat mencintaimu, tapi kamu pergi begitu cepat, semuanya telah pergi dan meninggalkan saya,” pikir saya dalam hati.

Kemudian, dua hari berlalu, dan saya pergi mengunjungi makam mereka. Saya berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai kami tua. Namun, sekarang semua itu hanya tinggal kenangan. Saya berjanji akan selalu mengenang kalian.

7. Cerpen berjudul “Ketika Laut Marah” karya Widya Suwarna

Telah empat hari berlalu sejak nelayan-nelayan tidak dapat melaut. Pada malam hari, hujan deras turun, gemuruh ombak dan angin kencang di malam yang kelam, seolah-olah alam memberi isyarat murka, laut marah. Bahkan, bintang-bintang pun bersembunyi, tak berani menyinari dunia.

Nelayan-nelayan miskin yang bergantung pada laut setiap harinya merasakan kekhawatiran yang mendalam. Para ibu nelayan terpaksa menjual perhiasan emas mereka, sekeping atau dua gram saja, untuk membeli makanan harian. Mereka yang tak memiliki barang berharga harus meminjam dari orang lain.

Namun, selama masa-masa sulit ini, di rumah Pak Yus, terdapat perayaan yang tak biasa. Tidak ada yang merayakan pernikahan, ulang tahun, dan Pak Yus bukanlah orang kaya. Pak Yus hanyalah nelayan biasa, sama seperti tetangganya yang lain.

Pada hari-hari yang sulit itu, Pak Yus memerintahkan istrinya untuk memasak nasi dan berbagai lauk-pauk dalam jumlah besar. Lalu, ia mengundang anak-anak tetangga yang kurang beruntung untuk makan di rumahnya. Dengan demikian, tangisan anak-anak yang kelaparan tergantikan oleh perut kenyang dan senyuman di wajah mereka.

Dan sekarang, hari kelima telah tiba. Pagi itu, Ibu Yus memberikan laporan, “Pak, uang kita tinggal 20.000. Jika kita melanjutkan memberi makan anak-anak tetangga seperti kemarin, besok kita tak akan memiliki uang lagi. Belum tentu kita bisa melaut nanti sore!”

Pak Yus terdiam sejenak. Sosoknya yang kuat dan berkulit hitam melangkah ke luar rumah, memandang ke arah laut dan langit. Di kejauhan, awan gelap menjanjikan cuaca buruk nanti petang.

Kemudian, ia kembali ke dalam rumah dan mengatakan dengan tegas, “Ibu, pergilah ke pasar dan berbelanja. Seperti kemarin, ajak anak-anak tetangga makan. Jangan khawatirkan besok.”

Ibu Yus mengambil keranjang belanjaan dan patuh pada perintah suaminya. Selama ini, Pak Yus selalu mampu mengatasi segala kesulitan. Sementara itu, Pak Yus pergi ke kamarnya dan berdoa. Ia memohon agar Tuhan memberikan cuaca yang baik nanti petang dan malam. Dengan begitu, para nelayan dapat melaut dan besok akan ada cukup makanan untuk seluruh desa.

Pada siang harinya, anak-anak tetangga kembali makan di rumah Pak Yus. Mereka sangat bahagia. Setelah makan selesai, mereka menyapa Pak dan Bu Yus, dan mengucapkan terima kasih.

“Pak Yus, apakah kami boleh makan di sini lagi besok?” tanya seorang gadis kecil yang memegang adiknya. Matanya yang besar dan hitam memancarkan harapan.

Ibu Yus tersenyum dengan sedih. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Namun, dengan penuh keyakinan, Pak Yus, dengan suara yang dalam dan berwibawa, berkata, “Tidak, Titi. Besok kalian akan makan di rumah masing-masing, dan semua anak ini akan makan dengan baik di rumah mereka sendiri.”

Titi dan adiknya tersenyum gembira. Mereka percaya pada kata-kata Pak Yus. Pak Yus adalah nelayan berpengalaman, mungkin ia tahu bahwa cuaca akan cerah malam ini, dan para nelayan akan membawa pulang ikan yang melimpah.

Sekitar pukul empat petang, Pak Yus kembali melihat ke arah pantai. Laut tenang, angin sepoi-sepoi, dan pohon kelapa yang hanya berbisik lembut. Awan gelap yang menjanjikan cuaca buruk tadi telah hilang entah ke mana. Pak Yus pergi tanpa pamit.

Malam itu, Pak Yus dan para nelayan lainnya pergi melaut. Perahu-perahu mereka berlayar dengan tenang. Mereka berhasil menangkap banyak ikan. Ketika matahari terbit, mereka kembali ke pantai, disambut oleh keluarga mereka dengan suka cita.

Pak Yus teringat pada anak-anak tetangga. Tuhan telah menjawab doanya. Semua nelayan itu mendapat rezeki. Hari itu tidak ada pesta di rumah Pak Yus. Semua anak-anak makan di rumah masing-masing. Di atas perahunya, Pak Yus sekali lagi bersyukur dengan doanya.

8. Cerpen berjudul “Koin Hitam” karya Agus Noor

Aku memandangi dengan cermat koin perak yang telah berubah warna menjadi hitam pekat. Koin itu terletak di atas meja. Sudah lama sekali aku tidak ingin menyentuh koin itu. Namun, setiap kali aku datang ke rumahmu untuk mengembalikannya, yang aku temui hanyalah istrimu. Ia tersenyum manis sambil mengajakku masuk, namun matanya penuh dengan kegelisahan, takut ada yang melihat.

Setelah kau meninggal, aku berusaha keras untuk membuang koin itu. Saya telah mencobanya berkali-kali. Membuangnya ke dalam selokan, melemparkannya ke tempat sampah, bahkan membawanya jauh ke luar kota. Namun, dengan cara yang ajaib, koin itu selalu kembali. Seperti ajaib, tiba-tiba saja koin itu kembali terletak di atas meja.

9. Cerpen Tentang Katty, Si Kucing Lucu

Aku memiliki kucing yang sangat lucu dan menggemaskan bernama Katty. Katty memiliki bulu putih yang terhiasi dengan corak abu-abu yang cantik di seluruh tubuhnya. Matanya berbentuk bulat, dan telinganya selalu berdiri tegak. Kucingku ini benar-benar pencinta makanan dan sebagian besar waktunya dihabiskan dengan tidur.

Katty adalah sahabat setia bagiku. Setiap kali aku pulang ke rumah, dia selalu ada di sana untuk menemani. Dia senang bermain dan suka berlari-larian di sekitarku. Katty juga sangat suka mendapatkan perhatian, dia senang dielus-elus dan dipeluk. Kucing ini sangat ramah dan tidak pernah menunjukkan perilaku agresif seperti menggigit atau mencakar.

Aku sangat mencintai Katty dan selalu merawatnya dengan baik. Aku memastikan dia selalu memiliki makanan dan minuman yang cukup. Rutin membersihkan kandangnya adalah hal yang aku lakukan setiap hari. Dan ketika Katty sakit, aku selalu membawanya ke dokter hewan untuk mendapatkan perawatan yang baik.

Katty adalah kucing yang benar-benar lucu dan menggemaskan. Aku merasa sangat beruntung memiliki dia sebagai teman setia. Semoga dia selalu sehat dan panjang umur.

10. Cerita Pendek Bertema Pendidikan: Pembelajaran Kesederhanaan

Kisah ini dimulai dengan seorang anak bernama Gema, seorang murid kelas 6 SD yang cerdas dan penuh dengan kebaikan hati. Di sekolah, dia dikenal oleh banyak temannya karena sikapnya yang ramah dan murah hati. Banyak yang ingin berteman dengannya.

Gema selalu menjadi tempat bertanya dan berbagi bagi teman-temannya. Kemampuannya yang cerdas tidak membuatnya sombong, sebaliknya, dia selalu bersedia membantu teman-temannya yang kesulitan. Sikap seperti inilah yang membuatnya dicintai oleh banyak orang.

Di sisi lain, ada seorang gadis bernama Nurul, yang merupakan kontras dari Gema. Meskipun juga cerdas, Nurul memiliki sikap yang sombong dan sering merasa lebih unggul dari yang lain. Dia hanya memiliki dua teman, yaitu Mawar dan Melati, dua gadis kembar di sekolah mereka.

Suatu hari, Ibu Guru mengumumkan bahwa akan ada perlombaan membaca pidato dalam dua minggu ke depan. Bu Yati, wali kelas kelas 6, memberikan kesempatan kepada seluruh murid untuk mengikuti seleksi. Gema dan Nurul tentu saja tertarik untuk mengikuti perlombaan tersebut.

Mereka berdua berlatih keras setiap hari untuk mempersiapkan pidato mereka. Hari seleksi tiba, dan keduanya memberikan penampilan yang luar biasa. Kedua pidato itu begitu mengesankan sehingga mereka berdua dinyatakan lolos seleksi.

Ketika mendekati hari perlombaan, Nurul terus saja sombong dan percaya diri. Dia sering berbicara tentang bagaimana dia akan menjadi juara karena dia pernah memenangkan lomba pidato saat masih duduk di kelas 5 SD.

Sementara itu, Gema tetap rendah hati. Dia terus berdoa dan berlatih keras, berusaha menghafal pidato dengan baik. Saat hari perlombaan tiba, Nurul mendapatkan giliran pertama untuk tampil. Meskipun dia adalah juara kelas 5 SD, Nurul tiba-tiba lupa pidato yang telah dihafalnya.

Ketika giliran Gema untuk tampil, dia memberikan penampilan yang sangat luar biasa. Semua juri, termasuk Bu Yati yang datang untuk mendukung mereka, terkesan dengan pidato Gema.

Akhirnya, pengumuman pemenang perlombaan dibacakan, dan Gema keluar sebagai juara pertama, sementara Nurul harus menahan kekecewaannya karena tidak meraih kemenangan sama sekali. Cerita ini mengajarkan kita bahwa kesederhanaan dan kerendahan hati dapat membawa kesuksesan, bahkan dalam persaingan yang ketat sekalipun.

11. Cerita Pendek Bertema Persahabatan: Keindahan Berbagi dengan Sahabat

Pagi itu, hujan turun dengan deras, dan Ani merasa bingung tentang bagaimana cara pergi ke sekolah. Saat dia sedang memandangi hujan dari jendela, HP-nya tiba-tiba berdering dari kamar. Ani segera masuk ke kamar dan menjawab panggilan itu.

Ternyata, panggilan tersebut datang dari Lia, sahabat karibnya. Dalam telepon, Lia mengatakan bahwa dia akan menjemput Ani karena tahu bahwa Ani mungkin kesulitan pergi ke sekolah dalam cuaca seperti ini.

Tidak lama kemudian, Lia sudah berada di depan rumah Ani bersama ayahnya, dalam mobil. Ani dengan cepat berpamitan pada orangtuanya dan bergabung dengan Lia di mobil.

Setibanya di sekolah, Ani dan Lia, yang juga merupakan teman sebangku, berjalan bersama menuju kelas mereka. Ketika saat istirahat tiba, mereka berdua pergi ke kantin untuk makan siang dan menghilangkan rasa lapar. Namun, ketika tiba saatnya untuk membayar, Lia baru menyadari bahwa dia lupa membawa dompetnya. Tanpa ragu, Ani, sahabat baiknya, dengan senang hati membayar untuk makanan Lia.

12. Cerita Pendek dengan Judul “Ramalan Misterius”

Saat itu, kami berdua belum genap berusia tiga belas tahun ketika kami memutuskan untuk mengunjungi pasar malam. Keramaian dan lampu-lampu berwarna seolah-olah membawa kami ke dalam dunia yang sangat aneh. Meskipun aku sangat ingin mencicipi gulali yang menggiurkan, kamu membujukku untuk pergi ke tukang ramal yang memiliki mata juling. Kau sangat penasaran tentang nasib kami di masa depan.

Tukang ramal tersebut tersenyum dengan cara yang sangat misterius saat melihat kami berdua. “Kalian adalah sahabat yang sangat istimewa,” ujarnya dengan suaranya yang meramal, “karena menyukai seorang perempuan yang sama.” Kami masih saling menatap satu sama lain ketika tukang ramal tersebut tiba-tiba menarik tanganku. “Dan kamu,” katanya seraya menunjukku, “kamu akan mengalami kematian akibat tabrak lari.”

13. Cerita Pendek tentang “Kancil yang Licik”

Dahulu kala, di pinggir hutan yang lebat, hiduplah seekor Kancil yang sangat cerdik. Kancil ini tinggal bersama dengan berbagai jenis hewan lainnya, seperti kerbau, gajah, kelinci, dan berbagai hewan lainnya. Si Kancil selalu berusaha mencari makanan di sekitar pinggiran sungai.

Suatu hari, si Kancil merasa sangat lapar. Ia memutuskan untuk mencari makanan di hutan. Ketika sampai di tepi sungai, ia melihat sebuah pohon rambutan yang penuh dengan buah-buah yang menggoda di seberang sungai. Kancil pun berkeinginan untuk memakan buah rambutan itu, namun ada satu masalah besar: sungai tersebut dipenuhi oleh buaya-buaya yang lapar dan siap menyerangnya.

Para buaya itu mendekatinya dengan tatapan tajam, dan salah satu dari buaya tersebut berkata, “Eh, Kancil! Apakah kau merasa bosan dengan hidupmu, hingga datang ke sini?”

Kancil dengan santai menjawab, “Oh, tidak sama sekali. Aku datang kemari untuk memberikan undangan kepada kalian.”

Para buaya terkejut dengan pernyataan Kancil dan bertanya, “Undangan apa yang kau maksud?”

Kancil menjawab dengan tenang, “Nanti minggu depan, Raja Sulaiman akan mengadakan pesta besar, dan kalian semua diundang untuk hadir dalam acara tersebut.”

Para buaya menjadi penasaran. Salah satu buaya dengan nada meragukan berkata, “Pesta? Kamu pasti sedang berbohong! Kau tidak bisa menipu kami lagi kali ini!”

Kancil tersenyum dan dengan tegas berkata, “Tidak, aku sungguh-sungguh. Ini kali pertama aku berbicara jujur.”

Para buaya masih meragukan kata-kata Kancil. Mereka bertanya lagi, “Apakah kamu benar-benar yakin?”

Kancil menjawab dengan mantap, “Ya, aku sangat yakin.”

Para buaya kemudian diajak oleh Kancil untuk berbaris dengan rapi, berharap mereka akan mendapatkan bagian yang adil dalam pesta nanti. Kancil mulai menghitung para buaya satu per satu, dan saat ia mencapai buaya yang terakhir, ia dengan cepat melompat ke tepian sungai.

Namun, sebuah tupai yang berada di dekat sana berkata dengan tawa, “Pesta itu sebenarnya sudah berlangsung minggu lalu, bukan minggu depan! Hahaha!” Mendengar ini, para buaya merasa tertipu dan sangat marah. Sementara itu, Kancil hanya tersenyum dan menjulurkan lidahnya kepada mereka. Kancil pun pergi dengan cepat menuju pohon rambutan yang sangat diinginkannya. Akhirnya, ia berhasil menikmati buah rambutan yang lezat itu.

14. Cerpen berjudul “Kemenyan” karya Agus Noor

Mungkin, kamu memang tak pernah meninggal.

Para pengawal sering kali menyaksikanmu muncul di malam hari. Mereka kadang-kadang juga melihatmu duduk di beranda rumahmu, sesekali batuk ringan atau menghembuskan asap rokok kretek. Namun, pengawal-pengawal itu mencium bau harum kemenyan yang melayang di udara yang seketika saja terasa menjadi lebih lembap.

Para pengawal juga kerap kali melihat istrimu berdiri di depan pintu di tengah malam, menunggu kepulanganmu.

15. Cerpen tentang Liburan bersama Saudara

Saya merasa sangat gembira ketika saya mengetahui bahwa saya akan berlibur ke Bandung bersama saudara-saudara saya. Sudah lama kami tidak bertemu karena kami tinggal di kota yang berbeda. Saya berangkat bersama orang tua naik kereta api. Meskipun perjalanan cukup panjang, saya tidak merasa bosan karena saya bisa menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan.

Ketika kami tiba di Bandung, kami disambut dengan hangat oleh kerabat kami di sana. Mereka telah menyiapkan kamar untuk kami. Kami segera mulai berbagi cerita tentang apa yang telah terjadi dalam hidup masing-masing. Saya sangat menikmati mendengarkan cerita-cerita menarik dari mereka. Keesokan harinya, kami memutuskan untuk menjelajahi Bandung bersama-sama. Kami mengunjungi museum, taman rekreasi, kebun binatang, dan pusat perbelanjaan.

Selama liburan, kami juga mencoba berbagai masakan khas Bandung yang lezat dan enak. Kami mengabadikan momen-momen bahagia kami dengan mengambil banyak foto. Menghabiskan waktu liburan sekolah bersama saudara-saudara saya adalah pengalaman yang takkan pernah saya lupakan. Saya merasa lebih dekat dengan mereka dan saya belajar banyak dari pengalaman ini. Saya berharap dapat berlibur bersama mereka lagi di masa depan.